"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa kepada-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina."(QS. Al Mu'min [23] : 60)
Merupakan perkara yang telah diketahui oleh kaum muslimin, bahkan tidak samar lagi bagi seorang mukmin yabg benar-benat beriman kepada Allah dan RasulNya, bahwa doa adalah ibadah dari sekian ibadah-ibadah yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba Nya.
"Jika hamba Ku bertanya kepadamu (muhammad) tentang Aku maka katakanlah bahwa Aku dekat (terhadap hamba Nya) dan Aku mengabulkan doa orang yang berdoa, jika mereka berdoa kepada Ku." (QS. Al Baqarah [2] : 186)
Dari ayat diatas jelas adanya perintah dari Allah swt kepada para hamba Nya agar berdoa hanya kepada Allah swt saja. Hal ini karena doa merupakan ibadah yang sangat penting, yang mana dengan ibadah doa tersebut menunjukan bahwa hamba yang berdoa tersebut benar-benar lemah dan senantiasa sangat butuh kepada Allah swt. Juga, dengan berdoa kepada Allah menunjukan betapa rendahnya kedudukan hamba tersebut di hadapan Nya, serta sangat butuhnya terhadap rahmat serta kasih sayang-Nya.
Juga yang menunjukan bahwa doa itu ibadah adalah sabda Rasulullah saw. Dalam hadits sahih : "Doa itu adalah ibadah"(HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi).
Doa adalah ibadah yang sebenarnya dan sangat pantas untuk disebut ibadah, karena seorang hamba yang berdoa, ia menghadap Allah dan berpaling dari selain Nya, serta hanya mengharap kepada Allah untuk mengabulkan doanya.
Oleh karena itu, para ulama mengibaratkan doa sebagai sebuah senjata, dikarenakan pentingnya doa sebagai sebuah senjata, dikarenakan pentingnya doa bagi seorang mukmin untuk membentengi dirinya.
Diantaranya, apa yang dijelaskan oleh Al Imam Ibnul Qoyyim bahwa doa-doa dan ta'awwudz-ta'awwudz (doa-doa dalam rangka menohon perlindungan kepada Allah) kedudukanya seperti sebuah senjata. Dan tentunya sebuah senjata tidak semata-mata hanya mengandalkan ketajaman saja. Akan tetapi juga meliputi kelengkapan-kelengkapan lainya, seperti gangang/pegangan senjata tersebut, dan lain-lainya. Maka ketika senjata tersebut adalah senjata yang sempurna dan tidak ada kekurangan padanya, pemegangnya adalah orang yang ahli, serta tidak ada penghalang lain untuk mengenai sasaran, maka ia akan mampu menghancurkan musuh. Akan tetapi sebaliknya, jika hilang kesempurnaan senjata tersebut atau ada padanya kekurangan, maka kurang atau bahkan hilang pengaruhnya terhadap musuh (tidak bisa menghancurkan musuh).
Beliau juga menjelaskan bahwa doa merupakan obat yang sangat mujarab (terbukti) dan sebagai pelindung dari bala'/ musibah, mencegah dan mengobatinya. Serta meringankan bila musibah telah menimpa. Peran doa terhadap musibah telah menimpa.
Peran doa terhadap musibah ada tiga keadaan :
- Keberadaan doa terhadap bala lebih kuat daripada bala' sehingga bisa mengangkat/menghilangkan bala atau musibah tersebut.
- Keberadaan doa terhadap bala lebih lemah daripada bala, maka bala tersebut akan menimpa hamba (yang berdoa). Akan tetapi terkadang doa yang lemah tadi bisa meringankan bala yang menimpa.
- Keberadaan doa terhadap bala berimbang atau sama kuat, sehingga saling mencegah satu dengan yang lain. Rasulullah saw bersabda : "Tidaklah bermanfaat kehati-hatian dari takdir dan doa bermanfaat terhadap apa-apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Sesungguhnya bala'/musibah pasti akan terjadi kemudian bertemu dengan doa maka keduanya saling berperang sampai datangnya hari kiamat."(Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dari shahabiyah 'aisyah ra dan dihasankan oleh Asy-syaikh Al Albani).
Demikianlah doa, memiliki peran yang luar biasa pengaruhnya dalam melindungi diri. Sehingga memang kedudukan doa tidak jauh bedanya dengan senjata. Jika senjata tersebut adalah senjata yang sempurna, maka akan memberikan manfaat yang besar bagi pemiliknya. Begitupun dengan doa. Jika doa tersebut adalah doa yang terpenuhi padanya syarat-syarat dan adab dalam berdoa serta tidak ada penghalang, maka sungguh pelakunya akan melihat hasil doanya tersebut.
Oleh karenanya, penting bagi seseorang yang berdoa untuk mengetahui syarat-syarat dan adab-adab dalam berdoa, serta hal-hal yang bisa menghalangi terkabulnya doa, sehingga doa tersebut benar-benar akan berfungsi sebagai sebuah senjata yang ampuh.
Syarat dan Adab dalam Berdoa
1. Ikhlas, hadirnya hati, dan.mengharap doanya dikabulkan oleh Allah swt.
Rasulullah saw, bersabda : "Berdoalah kalian kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai lagi main-main (tidak bersungguh-sungguh)."(HR. At Tirmidzi)
2. Bersungguh-sungguhlah, mantapkan keyakinan dalam memohon.
Rasulullah Saw bersabda, “Apabila kamu berdo’a kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah, dan jangan sampai ada seorang di antara kalian yang mengatakan, “Jika Engkau menghendaki, maka berilah aku”, karena sesungguhnya Allah, tidak ada yang dapat memaksa-Nya (Allah).” Dan di dalam satu riwayat disebutkan, “Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam memohon dan
membesarkan harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat terhadap sesuatu yang Dia berikan.” (Muttafaq ’alaih).
3. Mengakui dosa-dosa, kekurangan dan merendahkan diri, khusyu’, penuh harap dan rasa takut kepada Allah ketika berdo’a.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami.” (Al-Anbiya’: 90)
4. Tidak terburu-buru
Sikap sabar dan tidak terburu-buru dalam berdoa merupakan syarat dan adab dikabulkanya sebuah doa. Sebaliknya, terburu-buru dan tidak sabar dalam berdoa merupakan penghalang dikabulkanya doa. Rasulullah mengingatkan hal ini dalam sabdanya : "Akan dikabulkan doa salah seorang diantara kalian selama ia tidak terburu-buru (dalam doanya) dan berkata : "Saya telah berdoa, tapi belum juga dikabulkan!"(HR. Bukhari)
Makna terburu-buru dalam berdoa disini yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Nabi saw dalam hadits, yakni terburu-buri untuk melihat hasil doanya, bukan terburu-buru dalam melafazkan doa, walaupun yang demikian ini mengurangi adab dalam berdoa.
5. Menjauhi perkara yang haram
Diantara penghalang terkabulnya doa adalah makan, minum, berpakaian dari apa-apa yang diharamkan Allah swt. Rasulullah saw bersabda :"Wahai sekalian manusia, sesngguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik dan Allah telah memerintahkan kaum mukminin dengan apa-apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman : "Wahai para rasul, makanlah dari yang baik-baik dan beramal solehlah. Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa-apa yang kalian lakukan.
Dalam hadits ini Rasulullah saw memperingatkan kita selaku umatnya dari hal-hal yang haram, baik makanan, minuman, pakaian, serta hasil usaha yang haram yang mana itu semua merupakan penghalang terbesar dikabulkanya doa.
6. Berwudhu’ sebelum berdo’a, menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat berdo’a.
Rasulullah saw, bersabda :
"Sesungguhnya Allah itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Ia malu jika seorang laki-laki mengangkat kedua tanganya untuk berdoa kepada Nya, lalu ia mengembalikanya dalam keadaan kosong dan hampa."(HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
Abu Musa Al-Asy`ari ra menyebutkan bahwa seusai perang Hunain, “Nabi minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putihnya kulit ketiak beliau.” (Muttafaq ’alaih).
7. Sebelum berdo’a hendaknya memuji Allah kemudian bershalawat Nabi Saw
Rasulullah Saw pernah mendengar seorang lelaki sedang berdo’a di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji Allah swt dan tidak bershalawat atas Nabi Saw maka Nabi bersabda kepadanya, “Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Apabila selesai shalat, lalu
engkau duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo’alah.” (HR. At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
8. Rendahkan suara di dalam berdo’a.
Rasulullah Saw bersabda, “Wahai sekalian manusia, kasihanilah dirimu, karena sesungguhnya kamu tidak berdo’a kepada yang tuli dan tidak pula yang ghaib, sesungguhnya kamu berdo’a (memohon) kepada Yang Maha dekat Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertaimu.” (HR. Al-Bukhari).
9. Hindari do’a buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta.
Rasulullah Saw bersabda, “Jangan sekali-kali kamu mendo’akan keburukan terhadap dirimu dan juga terhadap anak-anak maupun harta kamu sendiri, karena dikhawatirkan do’amu bertepatan dengan waktu Allah mengabulkan do’amu.” (HR. Muslim).
10. Memilih waktu-waktu dan tempat yang mustajab dikabulkannya doa
Memperhatikan waktu-waktu yang mustajab (waktu-waktu doa dikabulkan) merupakan hal penting bagi seseorang yang berdoa. Yang mana pada waktu-waktu tersebut sangat besar kemungkinan doa dikabulkan, maka diantara waktu-waktu mustajab yang disebutkan oleh ulama berdasarkan dalil dari Al Quran maupun hadits Rasulullah yang shahih.
Pilihlah waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa seperti:
- Di akhir bacaan tasyahud dalam shalat
- Sepertiga akhir malam
- Di antara dua khutbah jum’at
- Di antara adzan dan iqamah
- Di saat waktu ashar hari jum’at sampai maghrib
- Di saat hujan turun lebat
- Di saat ada suara ayam jantan berkokok (HR. Al-Bukhari: 3303, Muslim: 8003)
- Pada hari arafah dan 1-10 Dzulhijjah
- Saat berbuka puasa
- Saat Safar
- Malam lailatul Qadar atau sepuluh akhir Ramadhan.
- Do’a orang tua kepada anaknya
- Do’a saat ketemu dua pasukan perang (Abu Daud: 2540)
Pilihlah tempat-tempat mustajab untuk berdoa seperti :
- Tanah Arafah di sore hari Arafah (9 Dzulhijjah)
- Di Shofa dan Marwah
- Setelah melempar jumrah ula dan Wustho
- Di masjidil haram, masjid Nabawi dan masjidil Aqsho
- Di masjid saat menuntut ilmu dan madarosah al-Qur’an yaitu saat berkumpulnya malaikat dan rahmat
- Di Tempat orang sakit ketika kita menjenguknya
Jika terpenuhi pada sebuah doa syarat dan adab nya, serta tidak adanya penghalang, dan dilakukan pada waktu-waktu yang mustajab, maka hampir-hampir doa tersebut tidak ditolak oleh Allah swt, serta doa tersebut benar-benar berfungsi seperti sebuah senjata ampuh yang memberikan manfaat bagi pemiliknya. Wallahu a'lam bish-shawab.
(Sumber : Risalah Jumat dan red)