"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. Al Nahl [16] : 90)
Konsep ihsan (al-ihsan) merujuk pada hadist Nabi, ketika menjawab salah satu pertanyaan malaikat Jibril. Ihsan, jawab Nabi ialah "an ta'budallah a kaanaka tarahu fain lam tahun tarahu fainnahu yaraka", bahwa, kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu (HR. Muslim). Substansi ihsan ialah kebaikan tertinggi yang lahir dari ruh beribadah kepada Allah dan tercermin dalam perilaku utama setiap muslim yang mengamalkanya. Dalam tradisi islam klasik, ihsan sebenarnya dijadikan rujukan tasawuf, kendati tasawuf sendiri lebih-lebih mengenai ajaran tarekat sering menjadi bahan perdebatan pro kontra dalam wacana keislaman hingga kini.
Dalam Al Quran, terdapat banyak kandungan ajaran tentang ihsan. Allah memerintahkan para hamba untuk berbuat ihsan, selain adil. Para ahli tafsir dengan merujuk pada pendapat Ibnu Mas'ud menyebutkan ayat Al Quran dari surah Al Nahl ke 90 tersebut merupakan ayat yang paling sempurna dalam penjelasan segala aspek tentang kebaikan dan keburukan. Adil dan ihsan yang diperintahkan dalam ayat ini merupakan ajaran yang luhur, utama dan berdampak luas dalam kehidupan.
Ihsan menurut ar-Raghib al-Asfahani, sebagaimana dinukil Quraish Sihab, kata ini digunakan untuk dua hal. Pertama, memberi nikmat kepada pihak lain, dan kedua ialah perbuatan baik. Kata 'ihsan' jauh lebih luas dari sekedar "memberi nikmat atau nafkah". Makna ihsan lebih tinggi dan mendalam dari kedudukan makna 'adil' dalam surat Al Nahl ayat 90 tersebut. Karena 'adil' ialah "memperlakukan orang lain sama dengan perlakuan terhadap anda". Sedangkan 'ihsan' adalah "memperlakukan lebih baik dari perlakuannya terhadap diri anda". Adil adalah mengambil semua hak anda dan atau memberi semua hak orang lain. Sedangkan Ihsan adalah memberi lebih banyak daripada yang harus anda beri dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya anda ambil.
Quraish dengan mengutip al-Harrali selanjutnya menulis bahwa ihsan ialah, "puncak kebaikan amal perbuatan". Terhadap hamba, sifat perilaku ini tercapai saat seseorang memandang dirinya pada diri orang lain sehingga dia memberi untuknya apa yang seharusnya dia beri untuk dirinya. Ihsan antara hamba dan Allah adalah peleburan dirinya sehingga dia hanya "melihat" Allah swt. Ihsan antara hamba dan sesama manusia, bahwa dia tidak melihat lagi dirinya dan hanya melihat orang lain itu. Siapa yang melihat dirinya pada posisi kebutuhan orang lain dan tidak melihat dirinya pada saat beribadah kepad Allah, maka dialah yang disebut 'muhsin', dan pada saat itu dia telah mencapi puncak dalam segala amalnya.
Ihsan, menurut Falih bin Muhammad, ialah tingkatan tertinggi dalam berhubungan kepada Allah dan relasi dengan makhluk ciptaan Nya. Ibnu Abbas menunjuk ihsan sebagai ikhlas bertauhid. Tauhid yang benar tentu lurus dalam beriman kepada keesaan Allah dan terpantul dalam seluruh kehidupan yang mencerahkan dan tercerahkan. Muslim yang bertauhid dan beribadah lurus kepada Allah selain tidak melakukan segala bentuk kemusyrikan, pada saat yang sama melakukan serba kebaikan, dan tidak melakukan segala perbuatan tercela dalam hidup. Muslim yang merasa disaksikan Allah dalam segala gerak hidupnya akan selalu ikhlas, waspada, dan kemudian berbuat hal-hal mulia. Hidup dengan ihsan akan selalu bermanfaat dan maslahat untuk kehidupan sesama, termasuk alam semesta. Sebaliknya, mereka yang mempraktikkan ihsan akan selalu menjauhkan diri dari segala perbuatan tercela, hina, dan munkar dalam kehidupan dengan penuh kesadaran ruhaniah yang tinggi.
Sumbu utama ihsan ialah tauhid, yakni segala yang dilakukan demi cinta kepada Allah. Sehingga, dirinya rela melakukan apapun yang terbaik. Orang yang melakukan ihsan atau kebaikan yang utama mengharapkan pertemuanya dengan Allah di hari akhir dengan rengkuhan ridho Nya. Allah berfirman yang artinya,
"Katakanlah : Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.
(QS. Al Kahfi [18] : 110).
Muslim berjiwa dan bertindak ihsan meletakan dunia dengan harmoni atau keseimbangan, tidak melampaui batas. Allah berfirman :
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."(QS. Al Qashash [28]: 77).
Dunia bagi orang yang berihsan diletakannya sebagai sajadah panjang menuju akherat. Sementara bagi mereka yang jauh dari ihsan menjadikan dunia segala-galanya hingga dirinya dikendalikan dunia.
Muslim yang mengamalkan ihsan tidak akan terpenjara oleh hal-hal duniawi seperti materi dan jabatan. Dunia diusahakan dan dijadikan ladang untuk memakmurkan kehidupan, tetapi tidak melampaui batas. Dalam berbuat baik terhadap sesama tidak menghitung-hitung karena pengantungan hidupnya diserahkan hanya kepada Allah. Perbuatan baik berbasis ihsan bukan hanya dilakukan dalam keadaan normal, tetapi ketika susah dan situasi kritis sebagaimana kisah mulia di atas. Dalam ihsan, orang bahkan diajari berbuat baik terhadap mereka yang berbuat buruk kepada dirinya. Membalas kebaikan terhadap orang yang berbuat baik merupakan hal wajar atau lumrah, tetapi berbuat baik terhadap orang yang berbuat buruk sungguh merupakan pantulan dari ihsan yang utama yang derajatnya melampaui kelaziman. Kebaikan perilaku ihsan merupakan kebaikan hakikat dan ma'rifat dalam beragama melebihi rukun syari'at.
Menurut Falih, terdapat empat sendi ajaran ihsan sebagaimana diperintahkan Allah dalam Al Quran.
Pertama, Allah memerintahkan pada hamba berbuat ihsan, karena Dia mencintai orang yang berbuat serba kebaikan. Sebagaimana Firman Allah,
" ...dan berbuat baiklah, sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al Baqarah [2] : 195).
Kedua, ihsan merupakan kedudukan tertinggi dalam berhubungan dengan Allah dan makhluk-Nya, sebagaimana firman Allah,
"Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al Nahl [16] : 128).
Ketiga, ihsan merupakan sifat terpuji, sifat hamba-hamba Allah yang ikhlas, sebagaimana firman-Nya,
"Kesejahteraan (Kami limpahkan) atas Nuh di seluruh alam. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."(QS. Ash-Shaffat [37] : 79-80).
Keempat, ihsan merupakan akhlak mulia yang harus selalu diamalkan oleh setiap muslim dalam setiap waktu dan segala urusannya, sebagaimana firman Allah,
"Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya, Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Kepada keduanya masing-masing telah kami beri petunjuk dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."(QS. Al An'am [6] : 83-84).
Ajaran Ihsan dapat melahirkan jiwa muqarabah, merasa diri selalu berada dalam pengawasan Allah. Sebagaimana kisah seorang penggembala kambing yang mau dirayu Umar bin Khattab untuk menjualkan seekor gembalaannya karena takut kepada Allah. Fa-ainallahu, maka dimana Allah? Begitulah jawaban si penggembala yang berstatus hamba sahaya itu. Seirang budak begitu mulia perilakunya, yang tidak menyimpang dari kebaikan dan terjerumus pada keburukan hanya karena anggapan lahiriah, bahwa tidak ada orang yang mengetahui perbuatan salah itu. Manusia dapat dikelabui, tetapi Allah Maha Mengawasi setiap gerak makhluk Nya, meski sekecil zarah. Jiwa Muraqabah yang bertumpu pada ihsan itulah yang kini hilang di negeri ini. Ketika korupsi dan segala bentuk penyimpangan perilaku maupun wujud kemungkaran lainya merajalela secara kolektif dan sistematik. Termasuk perilaku korupsi yang menjerat para aktivis dan elit harakah (pergerakan Islam) yang selama ini mengklaim bersih dan Islami.
Ihsan dalam hubungan antar sesama melahirkan relasi sosial profetik, yaitu hubungan sosial kenabian yang dibangun dan mencerminkan nilai-nilai akhlak mulia yang dituntun kan dan dicontohkan Nabi Muhammad. Rasulullah memberi teladan akhlak mulia. Nabi akhir zaman itu dalam sosok dirinya merupakan figur humanis sejati yang menyatukan jiwa tauhid "habl min Allah" dengan "habl min al-nas" secara utuh dan harmonis. Akhlak Nabi itu sungguh mulia dalam dirinya, ketika berhubungan dalam keluarga, masyarakat, dan ketika menjadi pemimpin. Dari akhlak mulia Rasulullah itu, lahir peradaban utama yang mencerahkan dan tercerahkan kehidupan umat manusia semesta.
Kesalehan sistemik hasil dari sistemisasi akhlak mulia berbasis ihsan atau produk dari ihsan yang maju yang dapat dikembangkan menjadi sistem (organisasi, masyarakat, bangsa) yang memiliki identitas profetik. Dalam skala yang luas dan masif dapat ditransformasikan kedalam kerangka sistem masyarakat Islam yang sebenar-benarnya untuk membangun peradaban utama yaitu peradaban profetik yang serba unggul dan bersifat alternatif. Peradaban alternatif yang utama itu berwatak profetik, yang memadukan relasi sistem habluminallah dan hablumminannas secara integratif. Firman Allah swt yang artinya :
Disebut alternatif karena berbeda secara diametral antara peradaban atau sistem kehidupan yang terlampau berorientasi pada sumbu teosentrisme (ketuhanan nir kemanusiaan) dan sebaliknya sumbu antro-posentrisme (kemanusiaan nir ketuhanan), sebagaimana berkenaan dalam peradaban umat manusia di belahan Timur dan Barat, Utara dan Selatan. Disinilah pentingnya konstruksinya kebudayaan dan peradaban Islam yang berbasis pada pemikiran-pemikiran alternatif yang melintasi.
Kesalehan sistemik hasil dari sistemisasi akhlak mulia berbasis ihsan atau produk dari ihsan yang maju yang dapat dikembangkan menjadi sistem (organisasi, masyarakat, bangsa) yang memiliki identitas profetik. Dalam skala yang luas dan masif dapat ditransformasikan kedalam kerangka sistem masyarakat Islam yang sebenar-benarnya untuk membangun peradaban utama yaitu peradaban profetik yang serba unggul dan bersifat alternatif. Peradaban alternatif yang utama itu berwatak profetik, yang memadukan relasi sistem habluminallah dan hablumminannas secara integratif. Firman Allah swt yang artinya :
"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas".(QS. Ali Imran [3] : 112)
(Sumber : Risalah Jumat)