Kunci-Kunci Kebahagiaan

Kunci-Kunci Kebahagiaan



"Hai  orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu berbahagia. (QS. Ali Imran [3] : 200).

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah swt memberikan beberapa tuntutan untuk memperoleh atau menggapai suatu kebahagian baik di dunia maupun di akhirat.

Pertama, Iman

Iman adalah kunci kebahagiaan yang paling utama. Tidak mungkin seseorang memperoleh kebahagiaan tanpa keimanan. Oleh karena itu hampir semua ayat dalam Al Quran yang berbicara tentang kebahagiaan selalu dihubungkan dengan iman.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada Nya, dan berjihadlah pada jalanNya, supaya kamu mendapat keberuntungan."(QS. Al Maidah [5] : 35)

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman" (QS. Al Mu'minun [23] : 1)

Pada ayat ini, sebelum Allah menyebutkan beberapa hal yang membawa kepada kebahagiaan, Allah memanggil orang yang beriman. Hal ini menunjukan bahwa hanya orang yang beriman yang dapat memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat.

Kata"iman" berasal dari kata "amn" yang berarti ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut. Al Quran menggunakan kata iman dalam berbagai bentuk kata jadian tidak kurang dari 550 kali.
Iman merupakan kunci keislaman seseorang yang dalam perwujudannya disimbolkan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Rasulullah Saw bersabda : "Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan takdir yang baik dan buruk". (HR. Bukhari dan Muslim)

Berbicara soal iman tidak mungkin dilepaskan dari keyakinan. Iman sebagai perbuatan hati yang direalisasikan dengab perbuatan akan menentramkan hati dan menghilangkan keraguan dalam segala tindakan karena adanya kepercayaan bahwa semua yang terjadi di alam semesta telah diatur dan ditentukan oleh Allah Swt.

Kedua, Sabar dan Menguatkan Kesabaran

Ar Raghib menyatakan bahwa sabar adalah : (Menahan diri dalam menanggung suatu kesempitan/penderitaan)

Pada pernyataan diatas disebutkan bahwa sabar merupakan langkah kedua untuk memperoleh kebahagiaan setelah iman. Ketika menjelaskan ayat di atas salah seorang ulama Al Azhar kontemporer Syaikh Ibrahim Dasuki menyatakan, "Ketahuilah bahwa kita tidak akan memperoleh apa-apa yang kita cintai, kecuali apabila kita mau bersabar. Dan ketahuilah bahwa tidak ada sesuatu yang diberikan Allah yang nilainya lebih baik selain sabar"

Hal ini sesuai dengan firman Allah swt :

"Katakanlah : "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertaqwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az Zumar [39] : 10)

Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa menyabarkan dirinya maka Allah akan memberikan kesabaran padanya. Dan tidak ada pemberian (dari Allah) kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas melebihi kesabaran." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sabar mempunyai tiga unsur, yiatu ilmu, hal dan amal. Yang dimaksud ilmu adalah pengetahuan atau kesadaran bahwa sabar itu mengandung kemaslahatan dalam agama dan memberi manfaat bagi seseorang dalam menghadapi segala problem kehidupan. Pengetahuan yang demikian seterusnya menjadi milik hati. Keadaan hati yang memiliki pengetahuan demikian disebut hal. Kemudian hal tersebut terwujud dalam tingkah laku. Terwujudnya hal dalam tingkah laku disebut amal.

Sabar itu sekalipun sangat sulit mendapatkanya tetapi bukan sesuatu hal yang mustahil untuk menghasilkannya. Caranya adalah dengan memadukan ilmu dan amal yang dapat ditempuh dengan dua jalan. Pertama, dengan memperbanyak pengetahuan tentang keutamaan sabar dan akibat buruk bagi orang yang tidak sabar. Kedua, melawan pengaruh hawa nafsu dengan sungguh-sungguh yang apabila dibiarkan akan menghilangkan kesabaran, seperti emosi, menyalahkan Allah, tergesa-gesa dan sebagainya.

Imam Thabrani meriwayatkan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah Saw tentang istri Abu Thalhah yang bernama Ummu Sulaim, dia bercerita, "Pada suatu hari anakku meninggal sementara suamiku tidak ada di rumah (berpergian). Aku berusaha supaya kematian anakku tidak diketahui dengan tiba-tiba oleh suamiku sepulangnya dari berpergian."

Oleh karena itu jenazah anak itu aku letakan di sudut rumah. Setelah itu aku siapkan makan dan ketika dia datang, ia pun makan dengan enak sekali. Kemudian suamiku bertanya, "Bagaimana keadaan anak kita sekarang?" aku menjawab, "Alhamdulillah, sejak sakitnya tidak tidak pernah dia setenang ini." Setelah itu aku berpakaian seindah yang dapat aku kenakan.

Agar timbul hasratnya pada diriku. Kemudian tidak lama setelah itu ia menggumuli aku dan memuaskan hasratnya.

Setelah itu aku berkata, "Wahai suamiku, bagaimana pendapatmu seandainya ada selelompok orang yang meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga kemudian orang itu meminta kembali pinjamanya, apakah pantas keluarga itu menahanya?". Suamiku berkata, "Tidak pantas." Di saat itulah baru aku memberitahukan yang sebenarnya terjadi dan berkata, "Begini suamiku, bukankah anak kita itu pinjaman Allah dan kini Allah telah mengambilnya kembali," Ia sadar apa yang ku maksudkan lalu mengucapkan.

Pagi-pagi benar suamiku pergi ke tempat Rasulullah Saw dan memberitahukan apa yang aku perbuat sejak kedatangannya di rumah sampai pagi itu. Kemudian beliau berdoa, "Ya Allah berilah keberkahan untuk kedua suami isteri itu pada malam harinya tadi".

Perawi hadits ini berkata, "Sungguh saya melihat 7 orang anak Abu Thalhah dan Ummu Sulaim  semua di masjid membaca Al Quran dengan hafalan."

Ketiga, Selalu Siap Siaga

Para ulama menafsirkan kalimat rabat (bersiap siagalah kalian) dengan beberapa pengertian :
  1. Konsisten beribadah, seperti pendapat Ibnu Katsir : (terus menerus dan tekun di tempat ibadah)
  2. Rajin shalat berjamaah di masjid. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Maukah kalian aku tunjukan sesuatu itu Allah akan menghapus dosa-dosamu dan dengan sesuatu itu Allah akan mengangkatnya beberapa derajat?" Para sahabat menjawab, "Baik, ya Rasulullah" Beliau bersabda, "Menyempurnakan wudlu pada keadaan tidak disukai, memperbanyak langkah ke masjid dan mentaati shalat setelah shalat. Maka itulah yang dinamakan ribath, maka itulah yang dinamakan ribath". 
  3. Menjaga musuh di garis depan Rasulullah Saw bersabda, "Berjaga di garis depan pada jalan Allah sehari itu lebih baik daripada dunia dan isinya." (Muttafaq Alaih)
  4. Selalu siap siaga menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan menimpa umat dan agama. Termasuk di dalamnya mempersiapkan generasi yang menguasai berbagai macam ilmu, memperkuat pertahanan dan sebagainya. 
Keempat, Taqwa 

Perkataan taqwa bisa diterjemahkan dengan "takut". Walaupun tidak salah tetapi taqwa lebih tepat diartikan "memelihara diri". Perkataan taqwa dengan pengertian inilah yang paling sering kita ucapkan melalui doa yang diajarkan oleh Allah : 

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."(QS. Al Baqarah [2] : 201) 

Diri akan dipelihara dari siksa neraka dengan menjauhi kemaksiatan dan melaksanakan aturan-aruran Allah. Dengan kata lain, taqwa berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 

Taqwa merupakan buah iman yang sesungguhnya. Iman dan taqwa merupakan dwitunggal, satu kesatuan yang utuh. Seseorang akan mencapai derajat taqwa apabila ia benar-benar iman. Tanpa iman tidak mungkin bertaqwa. Oleh karena itu Allah Swt : 

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama islam." (QS. Ali Imran [3] : 102) 

Rasulullah Saw menjelaskan bahwa, bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya adalah : "Allah selalu ditaati dan tidak dimaksiati, disyukuri tidak dingkari, diingat tidak dilupakan."(HR. Al Hakim).

Orang yang telah mencapai derajat taqwa dan berusaha terus mempertahankannya dipandang orang yang berbahagia karena sukses melaksanakan agamanya. Manusia yang bertaqwa mempunyai kekuatan yang mampu menghadapi berbagai persoalan hidup, sanggup menghadapi saat yang kritis dan dapat mendobrak jalan buntu yang menghambat. Taqwa akan memudahkan jalan keluar dari setiap persoalan dan situasi sulit. Sebagaimana firman Allah swt : 

"Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Ath Thalaq [65] : 4) 

Wallahu A'lam bis Shawwab. 

(Sumber : Risalah Jumat)






Terima kasih sudah membaca Kunci-Kunci Kebahagiaan ,Silahkan bagikan artikel ini Kunci-Kunci Kebahagiaan jika bermanfaat, Barakallaahu fikum
Share on :
 
Comments
0 Comments

Post a Comment

loading...
 
Support : About | Site Map | Privacy Policy | Disclaimer | Contact Us |
Copyright © 2013. artikelislamiku.blogspot.com - All Rights Reserved
Di Design Ulang Oleh I Template Blog Published by I Template Blog
Proudly powered by Blogger