Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak

Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak

"Hai orang-orang  yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ya ng bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim [66] : 6)

Anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan orang tua kepada Allah Swt. Allah adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayangnya. Dan anak juga investasi masa depan untuk kepentingan orang tua di akhirat kelak. Oleh sebab itu orang tua harus memelihara, membesarkan, merawat, menyantuni, dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang.
Dengan pengertian seperti itu hubungan orang tua dengan anak dapat dilihat dari tiga segi :

1. Hubungan Tanggung Jawab

Anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah swt kepada orang tua untuk dapat dibesarkan, dipelihara, dirawat, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan ungkapan lain orang tua adalah pemimpin yang bertugas memimpin anak-anaknya dalam kehidupan di dunia ini. Kepemimpinan itu harus dipertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah Swt Rasulullah saw bersabda : "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya dan dia bertanggung jawab terhadap keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap rumah tangganya. Seorang pembantu adalah pemimpin pada harta benda majikanya dan dia bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya."(HR. Muttafaqun 'Alaih).

2. Hubungan Kasih Sayang

Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Setiap manusia yang normal secara fitri pasti mendambakan kehadiran anak-anak di rumahnya. Kehidupan rumah tangga sekalipun bergelimang harta benda belum lagi lengkap kalau belum mendapatkan anak. Al Quran menyatakan anak adalah perhiasan hidup di dunia :

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al Kahfi [18] : 46)

3. Hubungan Masa Depan

Anak adalah investasi masa depan di akhirat bagi orang tua. Karena anak yang shaleh akan selalu mengalirkan pahala kepada kedua orang tuanya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw : "Jika seseorang meninggal dunia  putuslah (pahala) amalanya kecuali salah satu dari tiga hal : Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat yang dapat diambil manfaat darinya, dan anak shaleh yang mendoakannya."(HR. Muslim)

Dengan tiga alasan di ataslah seorang muslim didorong untuk dapat berfungsi sebagai orang tua dengan sebaik-baiknya. Apalagi kalau dia pikirkan betapa pentingnya pembinaan dan pendidikan anak-anak untuk menjaga eksistensi dan kualitas umat manusia umumnya dan umat islam khususnya pada masa yang akan datang.

Empat Tipologi Anak

Anak menurut Al Quran, dapat dikelompokkan  kepada empat tipologi :

1. Anak sebagi Perhiasan Hidup Dunia

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik untuk menjadi harapan."(QS. Al Kahfi [18] : 46)

Sepasang suami isteri merasa rumah tangganya belum lengkap kalau dapat anak. Ibarat perhiasan, anak-anak berfungsi memperindah sebuah rumah tangga. Tetapi orang tua yang hanya menfungsikan anak sebagai perhiasan dan melupakan pembinaan dan pendidikanya akhirnya menjadikan anak tidak lebih dari sebuah "pajangan" yang secara fisik dapat dibanggakan, tetapi kualitasnya sama sekali mengecewakan, baik kualitas iman, ilmu maupun amalnya.

2. Anak sebagai ujian

Selain sebagai perhiasan hidup di dunia, anak juga menjadi ujian (fitnah) bagi kedua orang tuanya. Allah berfirman :

"Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar." (QS. Al Anfal [8] : 28)

Orang tua diuji dengan kehadiran anaknya. Apakah anak-anak dapat melalaikannya dari beribadah kepada Allah swt atau apakah dia mampu melaksanakan tugasnya sebagai orang tua yang baik; mendidik dan membina anaknya menjadi anak yang shaleh. Fitnah juga dalam arti anak bisa menyengsarakan dan mencemarkan nama baik orang tua. Biasanya orang akan mengaitkan langsung kebaikan atau keburukan seorang anak dengan orang tuanya. Pertanyaan yang sering kita dengar dari setiap orang yang kagum dengan kebaikan seorang anak atau yang heran atau jengkel dengan keburukan (kenakalan atau bahkan kejahatan)nya adalah, "Anak siapa itu?". Kalau orang tuanya mempunyai "reputasi" yang sama dengan anaknya, orang akan mengomentari, "pantas". Sebaliknya kalau orang tuanya "orang baik", komentar orang berbunyi, "heran". Demikianlah anak menjadi ujian, cobaan bagi orang tuanya.

3. Anak sebagai Musuh

Anak juga bisa menjadi musuh bagi kedua orang tuanya Allah berfirman : 

"Hai orang-orang yqng beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka..."(QS. At Taghabun [64] : 14).

Sungguh sangat mengecewakan kalau sampai anak menjadi musuh orang tua. Musuh bisa berarti secara fisik dan bisa juga dari segi ide, pikiran, cita-cita dan aktivitas. Bila orang tuanya di mana-mana melakukan amar makruf nahi munkar, sang anak justru melakukan amar munkar nahi ma'ruf. Bila orang tuanya membangun, anak merusak ; maka pada saat itu anak sudah berada pada posisi musuh.

4. Anak sebagai Cahaya Mata

Tipe yang keempat ini oleh Al Quran diistilahkan dengan Qurratu A'yun (Cahaya mata). Allah berfirman : 

"Dan orang -orang yang berkata : Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai cahaya mata (penyenang hati kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa."(QS. Al Furqan [28] : 74).

Qurratu A'yun berarti cahaya mata, permata hati, sangat menyenangkan. Inilah tipologi anak yang ideal. Kriteria tipologi ini antara lain tunduk dan patuh kepada Allah swt, berbakti kepada orang tua, bermuamalah dengan baik sesama manusia. Atau dengan ungkapan lain beriman, berilmu, dan beramal. Hablum minallah dan hablum minannas nya berjalan dengan baik. Tipologi keempat inilah yang boleh kita sebut dengan "anak shaleh".

Anak shaleh tidak dilahirkan

Anak shaleh atau Qurratu A'yun tidak dilahirkan, tapi di bentuk dan dibina lewat pendidikan. Rasulullah saw mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknya lah yang berperan merubah fitrah itu menjadi dalam bahasa rasul Yahudi, Nashrani, atau Majusi :

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapaknyalah (yang akan berperan) "mengubah" anak itu menjadi seorang yahudi, atau nasrani atau majusi."(HR. Bukhari).

Oleh sebab itu setiap orang tua mempunyai kewajiban memelihara dan mengembangkan fitrah atau potensi dasar ke islaman anak tersebut sehingga tumbuh dan berkembang menjafi muslim yang benar-benar menyerahkan diri secara total kepada Allah swt. Kalau dibiarkan tidak terbina, potensi dasar tersebut akan berkembang ke arah yang bertentangan dengan maksud Allah menciptakannya. Dan pada akhirnya anak-anak akan menjadi penghuni neraka. Bukankah Allah swt memerintahkan kepada orang tua, terutama kepala keluarga untuk memelihara keluarganya dari siksaan api neraka?

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At Tahrim [66] :6)

Pendidikan yang seimbang

Pembinaan dan pendidikan yang akan melahirkan anak saleh adalah pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia : hati, akal dan fisik. Seorang pendidik harus menyantuni ketiga-tiganya. Masing-masing unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Ketiganya harus harmonis dan seimbang. Mengutamakan pembinaan fisik dan mengabaikan akal dan hati akan melahirkan hayawani. Mengutamakan pikiran saja melahirkan manusia syaithani. Sedangkan mengutamakan hati semata tentu tidak realistik karena manusia tidak bisa jadi malaikat.

(Sumber : Risalah Jumat)






Terima kasih sudah membaca Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak ,Silahkan bagikan artikel ini Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak jika bermanfaat, Barakallaahu fikum
Share on :
 
Comments
0 Comments

Post a Comment

loading...
 
Support : About | Site Map | Privacy Policy | Disclaimer | Contact Us |
Copyright © 2013. artikelislamiku.blogspot.com - All Rights Reserved
Di Design Ulang Oleh I Template Blog Published by I Template Blog
Proudly powered by Blogger