Cara Mengisi Waktu

Cara Mengisi Waktu

(1) Demi masa. 
(2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.
(3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran 
(QS. Al Ashr [103] : 1-3)

Tidak pelak lagi bahwa waktu  harus diisi dengan berbagai aktivitas positif. Dalam surat Al Ashr disebutkan empat hal yang dapat menyelamatkan manusia dari kerugian dan kecelakaan besar dan beraneka ragam. Yaitu, 
(a) yang beriman, 
(b) yang beramal shaleh, 
(c) yang saling berwasiat dengan kebenaran, dan 
(d) yang saling berwasiat dengan kesabaran. 

Sebenarnya keempat hal ini telah dicakup oleh kata "amal", namun dirinci sedemikian rupa untuk memperjelas dan menekankan beberapa hal yanh boleh jadi sepintas lalu tidak terjangkau oleh kalimat beramal saleh yang disebutkan pada butir (b).

Iman dari segi bahasa bisa diartikan dengan pembenaran. Ada sebagian pakar yang mengartikan iman sebagai pembenaran hati terhadap hal yang didengar oleh telinga. Pembenaran akal saja tidak cukup kata mereka karena yang penting adalah pembenaran hati.

Peringkat iman dan kekuatannya berbeda-beda antara seseorang dengan lainya, bahkan dapat berbeda antaravsatu saat dengan saat lainya pada diri seseorang. Al iman yazidu wa yanqushu (Iman itu bertambah dan berkurang), demikian bunyi rumusanya. Nah, upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan iman merupakan hal yang amat ditekankan. Iman inilah yang amat berpengaruh pada hal diterima atau tidaknya suatu amal oleh Allah swt.

Dalam Al Quran, Allah swt menegaskan, 

"Kami menuju kepada amal-amal (baik) mereka(orang-orang tidak percaya), lalu kami menjadikan amal-amal itu (sia-sia bagai) debu yang berterbangan."(QS. Al Furqan [25] : 23)

Ini disebabkan amal atau pekerjaan tersebut tidak dilandasi oleh iman. Demikianlah bunyi sebuah ayat yang merupakan "undang-undang ilaihi".

Di atas dikatakan bahwa tiga butir yang disebutkan dalam surat ini pada hakikatnya merupakan bagian dari amal shaleh. Namun demikian ketiganya disebut secara eksplisit untuk menyampaikan suatu pesan tertentu. Pesan tersebut antara lain adalah bahwa amal saleh yang tanpa iman tidak akan diterima oleh Allah Swt.

Dapat juga dinyatakan ada dua macam ajaran agama, yaitu pengetahuan dan pengalaman. Iman (akidah) merupakan sisi pengetahuan, sedangkan syariat merupakan sisi pengamalan. Atas dasar inilah ulama memahami makna alladzina amanu (orang yang beriman) dalam ayat ini sebagai "orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang kebenaran". Puncak kebenaran adalah pengetahuan tentang Allah dan ajaran-ajaran agama yang bersumber dari Nya. Jika demikian, sifat pertama yang dapat menyelamatkan seseorang dari kerugian adalah iman atau pengetahuan tentang kebenaran. Hanya saja harus diingat, bahwa dengan iman seseorang baru menyelamatkan seperempat dirinya, padahal ada empat hal yang disebutkan surat Al Azhar yang menghindarkan manusia dari kerugian total.

Macam-Macam Kerja dan Syarat-Syaratnya

Hal kedua yang disebutkan dalam surat Al Ashr adalah 'amilush-shalihat' (yang melakukan amal-amal shaleh). Kata 'amal' (pekerjaan) digunakan oleh Al Quran untuk menggambarkan perbuatan yang disadari oleh manusia dan jin.

Kiranya menarik untuk mengemukakan pendapat beberapa pakar bahasa yang menyatakan bahwa kata amal dalam Al Quran tidak semuanya mengandung arti berwujudnya suatu pekerjaan di alam nyata. Niat untuk melakukan sesuatu yang baik kata mereka juga dinamai amal. Rasul Saw menilai bahwa niat baik seseorang memperoleh ganjaran di sisi Allah. Firman Allah swt :

"Dan barang siapa yang mengamalkan kebajikan walaupun sebesar biji sawi  niscaya ia akan mendapatkan (ganjaran)-nya."(QS. Al Zalzalah [99] : 8).

Amal manusia yang beraneka ragam itu bersumber dari empat daya yang dimilikinya :
  1. Daya tubuh, yang memungkinkan manusia memiliki antara lain kemampuan dan ketrampilan teknis.
  2. Daya akal, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi, serta memahami dan memanfaatkan sunnatullah.
  3. Daya kalbu, yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan moral, estetika, etika, serta mampu berkhayal, beriman dan merasakan kebesaran ilahi.
  4. Daya hidup yang memungkinkan manusia memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, mempertahankan hidup, dan menghadapi tantangan.
Keempat daya ini apabila digunakan sesuai petunjuk ilahi, akan menjadikan amal tersebut sebagai "amal shaleh."

Kata shalih terambil dari akar kata shaluha yang dalam kamus-kamus bahasa Al Quran dijelaskan maknanya sebagai antonim (lawan) kata fasiq (rusak). Dengan demikian kata "saleh" diartikan sebagai tiadanya atau terhentinya kerusakan. Shalih juga diartikan sebagai bermanfaat dan sesuai. Amal shaleh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan tidak menyebabkan dan mengakibatkan madharrat (kerusakan), atau bila pekerjaan tersebut dilakukan akan diperoleh manfaat dan kesesuaian.

Secara keseluruhan kata shaluha dalam berbagai bentuknya terulang dalam Al Quran sebanyak 180 kali. Secara umum dapat dikatakan bahwa kata tersebut ada yang dibentuk sehingga membutuhkan obyek (transitif), dan ada pula yang tidak membutuhkan obyek (intransitif). Bentuk pertama menyangkut aktivitas yang mengenai obyek penderita. Bentuk ini memberi kesan bahwa obyek tersebut mengandung kerusakan dan ketidaksesuaian sehingga pekerjaan yang dilakukan akan menjadikan obyek tadi sesuai atau tidak rusak. Sedangkan bentuk kedua menunjukan terpenuhinya nilai manfaat dan kesesuaian pekerjaan yang dilakukan. Usaha menghindarkan ketidaksesuaian pada sesuatu maupun menyingkirkan madharrat yang ada padanya dinamai ishlah; sedangkan usaha memelihara kesesuaian serta manfaat yang terdapat pada sesuatu dinamai shalah.

Apakah tolak ukur pemenuhan nilai-nilai atau keserasian dan ketidakrusakan itu? Al Quran tidak menjelaskan, dan para ulamapun berbeda pendapat. Syaikh Muhammad 'Abduh, misalnya, mendefinisikan amal shaleh sebagai, "Segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan."

Apabila seseorang telah mampu melakukan amal shaleh yang disertai iman, ia telah menenuhi dua dari empat hal yang harus dipenuhinya untuk membebaskan dirinya dari kerugian total. Namun sekali lagi harus diingat, bahwa menghiasi diri dengab kedua hal diatas baru membebaskan manusia dari setengah kerugian karena ia masih harus melaksanakan dua hal lagi agar benar-benar selamat, beruntung, serta terjauh dari segala kerugian. 

Yang ketiga dan keempat adalah Tawashauw bil haq wa tawashauw bishshabr (saling mewasiati tentang kebenaran dan kesabaran). Agaknya bukan disini tempatnya kedua hal di atas diuraikan secara rinci. Yang dapat dikemukakan hanyalah bahwa al-haq diartikan sebagai kebenaran yang diperoleh melalui pencarian ilmu dan ash sabr adalah ketabahan menghadapi segala sesuatu, serta kemampuan menahan rayuan nafsu demi mencapai yang terbaik. 

Surat Al Ashr secara keseluruhan berpesan agar seseorang tidak hanya mengandalkan iman saja, melainkan juga amal salehnya. Bahkan amal shaleh dengan iman pun belum cukup, karena masih membutuhkan ilmu. Demikian pula amal shaleh dan ilmu saja masih belum memadai, kalau tidak ada iman. Memang ada orang yang merasa cukup puas dengab ketiganya, tetapi ia tidak sadar bahwa kepuasan dapat menjerumuskannya dan ada pula yang merasa jenuh. Karena itu, ia perlu selalu menerima nasehat agar tabah dan sabar, sambil terus bertahan bahkan meningkatkan iman, amal, dan pengetahuan. 

Demikian terlihat bahwa amal atau kerja dalam pandangan Al Quran bukan sekedar upaya memenuhi kebutuhan makan, minum, atau rekreasi, tetapi kerja beraneka ragam sesuai dengan keragaman daya manusia. Dalam hal ini Rasulullah Saw, mengingatkan : "Yang berakal selama akalnya belum terkalahkan oleh nafsunya, berkewajiban mengatur waktu-waktunya. Ada waktu yang digunakan untuk bermunajat (berdialog) dengan TuhanNya, ada juga untuk melakukan instropeksi kemudian ada juga untuk memikirkan ciptaan Allah (belajar), dan apa pula yang dikhususkan untuk diri (dan keluarganya) guna memenuhi kebutuhan makan dan minum." (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim melalui Abu Dzar Al Ghifari) 

Demikian surat Al Ashr mengaitkan waktu dan kerja, serta sekaligus memberi petunjuk bagaimana seharusnya mengisi waktu. Sungguh tepat Imam Syafii mengomentari surat ini : "Kalaulah manusia memikirkan kandungan surat ini, sesungguhnya cukuplah surat ini (menjadi petunjuk bagi kehidupan mereka)" 

(Sumber : M. Quraish Sihab, Wawasan Al Quran, Mizan, 1996)







Terima kasih sudah membaca Cara Mengisi Waktu ,Silahkan bagikan artikel ini Cara Mengisi Waktu jika bermanfaat, Barakallaahu fikum
Share on :
 
Comments
0 Comments

Post a Comment

loading...
 
Support : About | Site Map | Privacy Policy | Disclaimer | Contact Us |
Copyright © 2013. artikelislamiku.blogspot.com - All Rights Reserved
Di Design Ulang Oleh I Template Blog Published by I Template Blog
Proudly powered by Blogger