Kini sering kita dengar berita di timur tengah, seperti aksi penyerangan bahkan pengrusakan masjid yang terjadi antara kaum sunni dan syiah yang menyebabkan banyak korban yang terus berlanjut hingga kini. Peristiwa tersebut terjadi akibat hasutan maupun aksi pembalasan. Hal ini tentu hanya salah satu peristiwa yang menunjukan adanya perpecahan di dalam agama islam. Peristiwa lain adalah perpecahan antara Hamas dan Fatah di Palestina. Bahkan di negara kita sendiri masih adanya perseteruan yang terjadi antara saudara seagama di daerah-daerah seperti tragedi sambas, dimana terjadinya pertikaian antara warga madura, suku dayak dan melayu. Adanya pihak ketiga yang mengadu domba antara kedua belah pihak menyebabkan perseteruan semakin memanas. Mungkin sebagian besar dari kita juga mengetahui bahwa keruntuhan Khilafah Islamiyah pada 1924 pun tidak lepas dari perpecahan umat muslim yang berdampak sangat buruk.
Peristiwa diatas tersebut seharusnya tidak perlu terjadi mengingat antara pihak yang saling berseteru sama-sama beragama islam (Syiah-Sunni, wallahu a'lam). Rasulullah SAW berabad-abad lamanya telah meramalkan akan hal ini. Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
"Dari sahabat Abu Hurairah, beliau berkata : Rasulullah saw bersabda : "Umat Yahudi telah terpecah belah menjadi tuhuh puluh satu atau tujuh puluh golongan, dan umat nasrani telah terpecah belah seperti itu pula, sedangkan umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan." (HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah)
"Dari sahabat Abdullah bin Amer ra ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, seluruhnya akan masuk neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya : Siapa mereka itu, wahai rasulullah? Beliau menjawab: yang berpegang teguh dengan ajaran yang aku dan para sahabatku jalankan sekarang ini."(HR. At Tirmidzi dan Al Hakim).
Siapakah satu golongan yang disebutkan dalam hadist diatas? Tentu kita tidak berkapasitas untuk menentukan golongan yang mana, namun menurut hadist diatas bahwa satu golongan yang dikecualikan untuk masuk neraka yaitu yang berpegang teguh pada ajaran Nabi Muhammad SAW.
Jika kita bisa kita simpulkan penyebab perpercahan terjadi adalah :
1. Bid'ah dalam agama
Kita tidak boleh meremehkan dalam upaya melawan bidah, terkadang bidah muncul dalam bentuk yang samar, setelah beberapa waktu penganut akan teseret perpecahan dan memisahkan diri dari islam dan kaum muslim.
Hindari sikap meniru-niru kaum yahudi, nasrani dan non muslim. Nabi mengabarkan bahwa diantara sebab terjadinya perpecahan dan perselisihan di tengah-tengah umat islam adalah sikap meniru dan mencontoh umat-umat non islam, baik yahudi, nasrani, atau yang lainya. Dan inilah yang banyak terjadi, bila kita amati kesesatan dan penyelewengan kelompok-kelompok sesat yang ada ditengah-tengah masyarakat misalnya kelompok syiah roffidah yang banyak menggunakan prinsip dan simbol-simbol keagamaan yahudi, kelompok sufi dengan berbagai aliran tarikatnya memiliki keserupaan dengan agama Hindu. (Wallahu a'lam).
2. Sifat ekstrim dalam agama
Ekstrim dan berlebih-lebihan dalam melaksanakan agama adalah faktor terbesar mencuatnya perpecahan. Mempersulit diri sendiri dan orang lain dalam melaksanakan hukum-hukum syariat, dalam bersikap terhadap orang lain dan bermasyarakat (muamalah).
Hadist Nabi saw yang artinya : "Sesungguhnya agama itu mudah, tidaklah seorang berlebih-lebihan dalam menjalankan agama kecuali ia akan keberatan sendiri. Tepatilah kebenaran atau yang mendekatinya, berilah kabar gembira, dan pergunakanlah waktu pagi, waktu sore dan malam hari untuk memudahkan perjalananmu".(HR. Bukhari)
Janganlah sembarang mengkafirkan orang sebelum mengetahui bukti-bukti yang benar-benar kuat, karena sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara dan menyerupai anggota tubuh kita. Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadist : “Siapa saja yang berkata kepada saudaranya,” Hai Kafir”. Maka akan terkena salah satunya jika yang vonisnya itu benar, dan jika tidak maka akan kembali kepada (orang yang mengucapkan)nya.” (HR Bukari dan Muslim)
3. Fanatik golongan
Fanatik golongan dengan segala macam jenisnya. Baik fanatik madzab, hubungan darah, nasionalisme, suku, partai, warna kulit maupun yang lainya.
Firman Allah swt yang artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat."(QS. Al An'am : 159)
Firman Allah swt yang artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat."(QS. Al An'am : 159)
4. Filsafat dan ideologi-ideologi impor
Di antara sebab perecahan paling dominan sejak dahulu sampai sekarang adalah banyak umat islam yang terpengaruh ideologi serta filsafat yang datang dari luar.
Perpecahan umat (Iftiraqul ummah)
Perpecahan umat (Iftiraqul ummah) memang sudah menjadi sunatulloh. Bahkan perpecahan umat ini sudah ada sejak dulu. Awal mula perpecahan umat ini adalah dengan munculnya kaum khawarij dan Syiah.
Jadi janganlah perbedaan pendapat membuat kita saling terpecah belah. Setiap manusia memiliki pemikiran dan pemahaman yang berbeda-beda bahkan dalam satu bidang ilmu sekalipun. Saat ini memang banyak aliran atau harakah dalam islam. Jika dulu kita mengenal Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Maka sekarang kita mengenal berbagai nama seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dilarang pemerintah, tarbiyah, salafy. Bahkan ada juga yang MUI telah larang aktivitasnya seperti LDII, JI, Ahmadiyah dan lainya.
Lalu golongan atau kelompok mana yang harus kita ikuti? Terkait masalah hadist iftiraq, dimana umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan yang mereka semua berada di dalam neraka, kecuali satu umat yang selamat yakni Al Jama'ah. Maka jumhur ulama mengatakan bahwa masuknya mereka ke dalam neraka itu tidaklah kekal, akan tetapi hanya sementara, Jadi bid'ah-bid'ah yang ada pada diri mereka tidaklah menyebabkan mereka keluar dari islam, bid'ah itu tidak sampai menjatuhkan mereka dalam kekufuran (bid'ah mukaffirah) akan tetapi hanya sampai pada tingkatan fasiq (bid'ah muharramah). Maka mereka tetaplah muslim, sehingga tetap ada kewajiban untuk wala' terhadap mereka dan ada pula kewajiban bara' terhadap mereka sesuai dengan tingkat penyimpangan yang ada pada mereka.
Tidak ada batasan untuk bergaul dengan jamaah manapun, namun yang diutamakan tentu saja yang disana terdapat banyak kebenaran dan menghindari jamaah yang banyak kesalahannya. Tetapi tetap harus saling memberi nasehat, saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Sebagai manusia kita pasti ingin sesuatu yang sempurna. Walaupun sebenarnya islam itu telah sempurna, tapi dengan adanya berbagai macam golongan tersebut terkadang kita saling menyalahkan dan menjatuhkan. Jika ditanyakan manakah yang lebih sempurna dan paling benar, maka jawabanya adalah sungguh, hanya Allahlah yang Maha Mengetahui siapa sajakah diantara harakah-harakah yang ada yang paling dekat kepada kebenaran. Allah swt berfirman :
"Katakanlah : Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatnnya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya."(QS. Al Kahfi : 503-104)
Jangankan masalah golongan, masalah ibadah kita sehari-hari pun hanya Allah swt yang mengetahui, manakah yang akan diterima atau tidak. Bukankah kita hanya wajib menjalankan perintah-Nya sesuai dengan tuntutan Rasul. Tapi masalah apakah itu diterima atau tidak itu adalah hak prerogative Allah semata.
Bagaiman kita menyikapi permasalahan ini?
1. Selalu memegang teguh dasar -dasar ajaran islam (Al Quran dan Al Hadist)
Allah swt berfirman :
"Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali (agama) Allah , dan jangan sekali-kali kamu bercerai berai. "(QS. Ali Imran : 102).
Allah swt juga berfirman :
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat pada hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram."(QS. Ali Imran : 104-105)
"Sesungguhnya aku telah meninggalkan ditengah-tengah kalian, satu hal yang bisa kalian berpegang teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian berpegang teguh denganya, yaitu kitab Allah (Al Quran)." (HR. Muslim)
Tetap berpegang teguh pada sunah Rasulullah saw dan para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Hadist rasulullah saw yang artinya : "...Barang siapa diantara kalian berumur panjang, niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Maka tetaplah kalian berpegang teguh dengan sunahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk...". Meskipun dalam hal ini mendapat banyak tentangan dan berbagai macam cobaan yang menghadang, namun kita juga harus ingat bahwa sungguh Rasulullah saw telah memberitakan kepada kita bahwa Islam ini pada awal kedatanganya adalah asing dan pada suatu saat nanti akan kembali dianggap asing (diriwayatkan oleh Muslim dan Shahih-nya). Kami tidak perlu terkaget-kaget jika ada banyak orang yang tidak mengerti dan memahami islam, yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah seperti yang tersebut dalam langkah kedua setelah ini.
2. Berjuang bersama (berjama'ah) dalam menegakkan kebenaran
"Dari sahabat Muawiyah bin Abi Sufyan ra, Nabi SAW bersabda yang artinya : "Dan (pemeluk) agama ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan akan masuk neraka, dan hanya satu golongan yang masuk surga, yaitu Al Jamaah." (HR. Ahmad, Abu Dawud)
"Berpegang teguhlah engkau dengan jama'atul muslimin dan pemimpin (imam/kholifah) mereka. Akupun bertanya : seandainya tidak ada jama'atul muslimin, juga tidak ada pemimpin (imam/kholifah)? Beliau menjawab : tinggalkanlah seluruh kelompok-kelompok tersebut, walaupun engkau harus menggigit batang pepohonan, hingga datang ajal mu, dan engkau dalam keadaan demikian itu" (HR. Bukhari dan Muslim).
Senantiasalah menyeru manusia kepada Al Haqq, saling menasehati dengan kebenaran dan saling menasehati dengan kesabaran. Inilah kewajiban yang tetap ada pada diri kaum muslimin kepada sesama mereka sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah 'Azza wa Jalla dalam QS. Al 'Ashr : 4. Karena walaupun jumlah umat islam di Indonesia sangat banyak, namun tidak semuanya memiliki pemahaman yang baik akan Islam.
3. Tetap berupaya menjaga persatuan di antara kaum muslim.
Walaupun iftiraqul ummah adalah sebuah kepastian dan bagaimana pun usaha kita untuk mencegahnya maka iftiraqul ummah ini tetap terjadi, akan tetapi hal ini tidaklah menafikan kewajiban kita untuk berpegang teguh kepada tali agama Allah dan menjaga persatuan di kalangan umat Islam. Sebagaima Allah memerintah kan : "Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali Allah seluruhnya, dan jangan terpecah belah."
4. Bersikap kritis
Jangan lah kita terlalu mudah percaya dan mudah terpengaruh dengan ideologi dan filsafat yang datang dari luar baik dari kaum non muslim maupun yang menggunakan embel-embel islam tanpa mengetahui kebenaranya secara pasti terlebih dahulu.
4. Bersikap kritis
Jangan lah kita terlalu mudah percaya dan mudah terpengaruh dengan ideologi dan filsafat yang datang dari luar baik dari kaum non muslim maupun yang menggunakan embel-embel islam tanpa mengetahui kebenaranya secara pasti terlebih dahulu.
Pada akhirnya kita sebagai umat Islam jangan terlalu merisaukan perbedaan pendapat. Bahkan dalam bacaan shalat, gerakan shalat antara makmum yang satu dengan yang lain pun berbeda dalam sebuah shalat berjamaah. Yang dipermasalahkan bukan bagaimana menyatukan umat ini agar sama dalam hal bacaan shalat, dan sama pula gerakanya, bukan jilbab warna apa dan baju apa yang ia kenakan. Namun yang perlu kita pikirkan dan renungkan sudahkah kita beribadah dengan benar?, sudahkah kita beribadah dengan ikhlas? dan sudahkah amal kita cukup untuk bekal kita menghadapi perjalanan di alam barzah dan alam akherat nanti?.
(Sumber : An Nahl dan red)
(Sumber : An Nahl dan red)