Ia terlahir di bosyra tahun 700 H/1300 M. Ketika berusia 6 tahun, ayahnya meninggal dunia, ibn katsir lantas diasuh oleh kakaknya di damaskus. di kota itulah pertama kali mengenyam pendidikan. tercatat, guru pertamanya adalah baharuddin al fazari, seorang ulama penganut mazhab syafii.
Selama bertahun-tahun dia tinggal di kota damaskus dalam kehidupan yang sederhana, namanya mulai dikenal orang manakala terlibat dalam penelitian untuk menetapkan hukum terhadap seseorang zindik yang di dakwa menganut paham hulul (inkarnasi). adapun penelitian tersebut di prakarsai oleh gurbenur suriah, altunbuga an nasiri.
Pada saat bersamaan, minatnya bertambah besar untuk memperdalam ilmu hadits. ibn katsir mendapat arahan dari ahli hadits terkemuka di suriah, jamaludin al mizzi, yang di kemudian harinya menjadi mertuanya. tak tanggung-tanggung, ia pun sempat mendengar langsung hadits dari ulama-ulama hedzjaz serta memperoleh ijazah dari al wani.
Karena keahlian tersebut dalam waktu beberapa lama kemudian, ia mendapat kepercayaan menduduki jabatan yang sesuai ilmunya. tahun 1348, ia menggantikan gurunya, azzahabi di turba umm salih (lembaga pendidikan). Selanjutnya dia diangkat menjadi kepala Dar al-Hadits al-Asyrafiyah (lembaga pendidikan hadits) setelah meninggalnya hakim taqiuddin as-subki tahun 1355.
Tidak hanya sebagai guru, ia pun banyak menulis kitab ilmu hadits. diantaranya yang terkenal adalah kitab jami al-masanid wa as-sunan (kitab penghimpun musnad dan sunan) sebanyak delapan jilid, berisi nama-nama sahabat yang banyak meriwayatkan hadits; Al Kutub as-Sittah (kitab-kitab hadits yang enam ) yakni suatu karya hadits; at-Takmilah fi Mar'ifat as Sigat wa ad-Dhua'fa wa al-Mujahal (Pelengkap dalam mengetahui perawi-perawi yang dipercaya, lemah dan kurang dikenal ); Mukhtasar (ringkasan) merupakan ringkasan dari muqaddimmah-nya Ibn Salah; dan Adillah at -Tanbih li Ulum al-Hadis (Buku tentang ilmu hadits) atau lebih dikenal dengan nama Al-Ba'is al Hadits.
Demikian pula pada bidang ilmu tafsir, keahlianya diakui oleh banyak kalangan. Tahun 1366 diangkatlah Ibnu Katsir menjadi guru besar oleh gurbenur mankali Bugha di masjid Ummayah Damaskus.
Ia memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni tafsir yang paling benar adalah tafsir Al Quran dengan Al Quran itu sendiri, bila penafsiran Al Quran dengan Al Quran tidak di dapatkan, maka Al Quran harus ditafsirkan dengan hadits Nabi Muhammad SAW- menurut Al Quran sendiri, Nabi memang diperintahkan untuk menerangkan isi Al Quran, jika yang kedua tidak didapatkan, maka Al Quran harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Al Quran, jika yang ketiga juga tidak di dapatkan, maka pendapat dari para tabiin dapat diambil.
Salah satu karyanya yang terkenal dalam ilmu tafsir adalah yang berjudul Tafsir Al Quran al- Karim sebanyak 10 jilid. Baca juga : Download Tafsir Ibnu Katsir. Kitab ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang karena pengaruhnya yang begitu besar dalam bidang keagamaan. disamping itu, ia juga menulis buku Fada'il Al Quran (Keutamaan Al Quran), berisi ringkasan sejarah Al Quran.
Bidang ilmu sejarah juga dikuasainya. Beberapa karya Ibn Katsir dalam ilmu sejarah ini antara lain Al Bidayah wa an Nihayah (Permulaan dan Akhir) sebanyak 14 jilid, Al-Fusul fi Sirah ar-Rasul (Uraian Mengenai Sejarah Rasul), dan Tabaqat asy-Syafi'iyah (Peringkat-peringkat Ulama mazhab syafii)
Kitab sejarahnya yang dianggap paling penting dan terkenal adalah judul yang pertama. Ada dua bagian besar sejarah yang tertuang menurut buku tersebut, yakni sejarah kuno yang menuturkan mulai dari riwayat penciptaan hingga masa kenabian Rasulullah SAW dan sejarah Islam mulai dari periode dakwah Nabi ke Makkah hingga pertengahan abad ke 8 H. Kejadian yang berlangsung setelah hijrah disusun berdasarkan tahun kejadian tersebut.
Tercatat kitab Al Bidayah wa an-Nihayah merupakan sumber primer terutama untuk sejarah dinasti Mamluk di mesir. Dan karenanya kitab ini sering kali dijadikan bahan rujukan dalam penulisan sejarah Islam. Baca juga : Download Shahih Sirah Nabawiyah.
Sementara dalam ilmu fikih, tidak ada yang meragukan keahlianya bahkan, oleh para penguasa, ia kerap diminta pendapat menyangkut persoalan tata pemerintahan dan kemasyarakatan yang terjadi kala itu. Misalnya saja saat pengesahan keputusan tentang pemberantasan korupsi tahun 1358 serta upaya rekonsiliasi setelah perang saudara atau peristiwa pemberontakan Baydamur (1361) dan dalam menyerukan jihad (1368-1369).
Selain itu Ibn Katsir menulis buku terkait bidang fikih didasarkan pada Al Quran dan Hadits. Ulama ini meninggal dunia tak lama setelah ia menyusun kitab Al- Ijtihad bi Talab al Jihad (Ijtihad dalam mencari jihad) dan dikebumikan di pemakaman sufi, tepat di samping makam gurunya, Ibn Tamiyah.
(Sumber : Management Qolbu/MQ)