"Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohohkan lah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya "(QS. Ali-Imran [3] : 159)
Karaktéristik dakwah Nabi saw atau sikap-sikap beliau dalam menjalankan dakwah itu antara lain adalah sebagai berikut :
1. Memberikan Peringatan (Al-Indzar)
Al-Indzar adalah penyampaian dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya. Al Indzar ini dibarengi dengan ancaman hukuman bagi orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Allah dan Rasul Nya. Al Indzar dalam dakwah ini umumnya ditujukan kepada orang kafir atau orang-orang muslim yang masih suka berbuat maksiat
2. Menggembirakan (Al Tabsyir)
Al Tabsyir adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah. Al Quran juga banyak menyebutkan predikat basyir atau mubasysyir untuk Nabi Muhammad saw dan Nabi-Nabi sebelumnya, hanya saja jumlahnya lebih sedikit dibanding predikat nadzir atau mundzir. Dan hal ini tampaknya bukan merupakan suatu kebetulan, tetapi ada isyarat-isyarat di balik itu, antara lain:
A. Bahwa dakwah yang dilakukan oleh Nabi saw dan para, Nabi sebelumnya lebih banyak bercorak indzar daripada tabsyir.
B.Tipologi orayng-orang yang perlu mendapatkan indzar jauh lebih banyak dari pada tipologi orang-orang yang layak mendapatkan tabsyir.
Pendekatan dakwah dengan corak indzar ini ditempuh karena pada dasamya manusia itu sudah memiliki keimanan dasar, di mana secara fitrah ia mengakui adanya Pencipta alam raya ini. Seperti sudah disinggung di depan, 'keimanan dasar' ini menurut para ulama disebut dengan 'tauhid rububiyah'. Semua manusia, baik yang mukmin maupun yang kafir, mengakui hal itu. Bahkan Iblis pun mengakui bahwa ia diciptakan oleh Allah.
2. Menggembirakan (Al Tabsyir)
Al Tabsyir adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah. Al Quran juga banyak menyebutkan predikat basyir atau mubasysyir untuk Nabi Muhammad saw dan Nabi-Nabi sebelumnya, hanya saja jumlahnya lebih sedikit dibanding predikat nadzir atau mundzir. Dan hal ini tampaknya bukan merupakan suatu kebetulan, tetapi ada isyarat-isyarat di balik itu, antara lain:
A. Bahwa dakwah yang dilakukan oleh Nabi saw dan para, Nabi sebelumnya lebih banyak bercorak indzar daripada tabsyir.
B.Tipologi orayng-orang yang perlu mendapatkan indzar jauh lebih banyak dari pada tipologi orang-orang yang layak mendapatkan tabsyir.
Pendekatan dakwah dengan corak indzar ini ditempuh karena pada dasamya manusia itu sudah memiliki keimanan dasar, di mana secara fitrah ia mengakui adanya Pencipta alam raya ini. Seperti sudah disinggung di depan, 'keimanan dasar' ini menurut para ulama disebut dengan 'tauhid rububiyah'. Semua manusia, baik yang mukmin maupun yang kafir, mengakui hal itu. Bahkan Iblis pun mengakui bahwa ia diciptakan oleh Allah.
Tentang pengakuan orang-orang kafir dan musyrikin ini Allah berfirman :
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka?" niscaya mereka menjawab,"Allah". Maka bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah).(QS. Al-Zukhruf [43] : 87)
Sementara tentang pengakuan Iblis, Allah berfirman :
Iblis berkata, "Saya lebih baik daripada Adam, karena Engkau menciptakan saya dari api, sedangkan Adam Engkau ciptakan dari tanah. (QS. Al-A'raf [7] :12).
Namun, sekedar 'pengakuan' saja belum untuk membuat manusia menjadi taat Allah, sebab yang di perintahkan Allah adalah ketaatan mutlak manusila kepada Nya, Untuk itulah diperlukan adanya 'peringatan' (indzar) kepada manusia secara terus menerus, agar manusia membuktikan loyalitasnya kepada-Nya. Apalagi bila ditambah bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk lalai terhadap kehidupan akhirat, maka sangatlah wajar apabila porsi indzar itu lebih banyak dari pada tabsyir.
3. Kasih sayang dan lemah lembut (Al-Rifqwaal-Lin)
Di antara dakwah Nabi saw, beliau dalam menjalankan dakwah bersikap kasih sayang dan lemah lembut. Sikap beliau lakukan terutama apabila beliau menghadapi orang-orang yang tingkat budayanya masih rendah. Misalnya, ketika ada seorang badui yang kencing di masjid, para Shahabat bermaksud mengusirnya,
tetapi Nabi saw justru membiarkannya sampai ia selesai buang air. Sesudah itu beliau menyuruh para Sahabat untuk mengambil air dan menyiramkannya pada tempat yang dikencingi badui tadi. Kemudian Nabi saw bersabda, "Kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit". (HR Bukhari). Namun bagaimanapun, seandainya pengusiran itu terjadi, maka secara psychologis orang badui pedesaan yang tepatnya bernama Dzulkhuwaishirah al-Yamani itu akan merasa terpukul mentalnya sehingga ia menjadi antipati dengan Nabi saw berikut seluruh ajarannya. Sebab boleh jadi ia tidak tahu apabila lantai masjid yang pada waktu itu masih berupa tanah itu tidak boleh dikencingi. Dan itu adalah salah satu contoh saja dari sikap-sikap Nabi saw yang lemah lembut dalam berdakwah. Selain itu masih banyak lagi contoh-contoh di mama Nabi saw bersikap sepeti itu. Dan itulah yang menjadikannya dipuji oleh Allah dalam Firman-Nya:
3. Kasih sayang dan lemah lembut (Al-Rifqwaal-Lin)
Di antara dakwah Nabi saw, beliau dalam menjalankan dakwah bersikap kasih sayang dan lemah lembut. Sikap beliau lakukan terutama apabila beliau menghadapi orang-orang yang tingkat budayanya masih rendah. Misalnya, ketika ada seorang badui yang kencing di masjid, para Shahabat bermaksud mengusirnya,
tetapi Nabi saw justru membiarkannya sampai ia selesai buang air. Sesudah itu beliau menyuruh para Sahabat untuk mengambil air dan menyiramkannya pada tempat yang dikencingi badui tadi. Kemudian Nabi saw bersabda, "Kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit". (HR Bukhari). Namun bagaimanapun, seandainya pengusiran itu terjadi, maka secara psychologis orang badui pedesaan yang tepatnya bernama Dzulkhuwaishirah al-Yamani itu akan merasa terpukul mentalnya sehingga ia menjadi antipati dengan Nabi saw berikut seluruh ajarannya. Sebab boleh jadi ia tidak tahu apabila lantai masjid yang pada waktu itu masih berupa tanah itu tidak boleh dikencingi. Dan itu adalah salah satu contoh saja dari sikap-sikap Nabi saw yang lemah lembut dalam berdakwah. Selain itu masih banyak lagi contoh-contoh di mama Nabi saw bersikap sepeti itu. Dan itulah yang menjadikannya dipuji oleh Allah dalam Firman-Nya:
"...Maka disebabkan rahmat Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS Ali-Imran [3] : 159).
4. Memberikan kemudahan (Al-Taisir)
Agama Islam yang didakwahkan Nabi Muhammad saw sarat dengan kemudahan-kemudahan. Banyak aturan-aturan di dalamnya yang oleh sementara orang di anggap menyulitkan, ternyata tidak dernikian. Orang yang tidak dapat menjalankan salat dengan berdiri, ia boleh salat dengan duduk. Apabila salat dengan duduk pun tidak dapat, maka ia boleh salat dengan berbaring. Begitu pula dalam hal bersuci, apabila ia tidak mendapatkan air, atau secara medis dilarang menggunakan air, ia boleh bersuci dengan tayamum. Begitulah, Islam mengenal adanya dispensasi (rukhshah), yaitu kemudahan-kemudahan yang diperoleh karena adanya sebab-sebab tertentu. Bahkan dalam keadaan darurat, babi yang hararn dimakan itu justru wajib dimakan. Namun demikian Islam melarang pemeluknya untuk mempermudah dalam menjalankan agamanya. Sementara Nabi Muhammad saw dalam menjalankan dakwahnya juga banyak memberikan petunjuk-petunjuk agar manusia memperoleh kemudahan-kemudahan. Shahabat Anas bin Malik yang pernah lama menjadi pelayan Nabi saw, menuturkan bahwa Nabi saw pernah bersabda, "Permudahlah urusan orang-orang yang kalian hadapi dan jangan mempersulit mereka. Berikanlah kabar-kabar yang menggembirakan, dan jangan membuat mereka lari meninggalkan kalian ”. (HR. Bukhari)
5. Tegas dan keras (Al-Syiddah)
Di samping sikap-sikap yang lemah lembut dan tidak mempersulit, pada saat- saat tertentu Nabi saw juga menunjukkan sikap yang tegas dan keras. Sikap seperti ini biasanya beliau perhatikan dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah aqidah, hak Allah, dan dalam masalah di mana seorang Shahabat misalnya masih mau melanggar larangan padahal ia sudah mengetahui hal itu.
Contoh ketegaran Nabi saw dalam masalah aqidah adalah di mana orang-orang musyrikin Makkah pernah mengajak beliau untuk melakukan kompromi dalam peribadatan. Beliau dengan tegas menolaknya seraya membacakan ayat-ayat Surah Al-Kafirun yang baru diturunkan kepada beliau. Begitu pula ketika orang-orang musyrikin merayu beliau agar menghentikan dakwahnya, dan sebagai imbalan mereka akan memberikan kedudukan, harta, bahkan wanita kepada beliau; Tetapi beliau menolak tawaran itu dan tetap menjalankan dakwah.
Contoh ketegaran Nabi saw dalam masalah yang berkaitan dengan kepentingan umat di mana terdapat hak Allah adalah peristiwa pencurian yang dilakukan oleh senrang wanita bernama Fatimah binti al-Aswad. Orang-orang menghendaki agar Fatimah binti al-Aswad yang mencuri perhiasan itu dibebaskan dari hukuman potong tangan, karena ia berasal dari marga Bani Makhzum yang sangat terpandang di kalangan suku Quraisy. Tetapi mereka tidak berani membicarakan hal itu kepada Nabi saw. Akhirnya mereka menyuruh Usamah bin Zeid untuk membicarakan hal im képada Nabi saw, karena Usamah adalah orang kesayangan beliau. Dan setelah mendengarkan permintaan Usamah, beliau berkata, "Apakah kamu hendak membebaskan manusia dari hukuman Allah?" Kemudian Nabi saw berdiri dan mendatangi orang-orang banyak, lalu berkata, "Wahai sekalian manusia. Hancurnya orang-orang dahulu hanyalah karena apabila ada orang besar yang mencuri, mereka tidak mau menghukumnya. Tetapi apabila yang mencuri itu rakyat kecil, mereka menghukumnya. Demi Allah, apabila Fatimah binti Muhammad mencuri, pasti akan kupotong tangannya". Akhirnya beliau memotong tangan Fatimah binti al-Aswad wanita pencuri itu. (HR. Bukhori).
6. Sarat Tantangan dan Ujian (Al-Tahaddiyat)
Dakwah dan tantangannya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sejak insan dakwah pertama kali diciptakan, yaitu Nabi Adam as, tantangan dakwah yang berupa rayuan iblis agar beliau melanggar larangan.
Allah sudah menyertainya. Dan begitulah, tantangan dakwah akan selalu ada selagi dakwah itu ada. Tantangan-tantangan ini terkadang berupa hambatan-hambatan dakwah baik intérnal maupun eksternal yang sering berbentuk ujian-ujian hidup bagi pelaku dakwah itu sendiri. Dan sebagai insan-insan dakwah, para Nabi justru yang paling parah menghadapi ujian-ujian hidup. Hal ini dituturkan sendiri oleh Nabi saw ketika menjawab pertanyaan Shahabat Sa'd bin Abi Waqqash, "Siapakah orang yang paling pedih ujian hidupnya di dunia ini?" Beliau menjawab, "Para Nabi, kemudian orang-orang yang tingkatannya mendekati Nabi, dan seterusnya. " (HR. Ibnu Majah)
7. Ofensif dan aktif (Hujumi wa Fa 'ali)
Mengajak, mengundang, memanggil, dan menyeru adalah pekerjaan-pekerjaan yang memiliki karakteristik khusus, yaitu ofensif dan aktif. Karenanya, dari sini dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah upaya yang bersifat ofensif, karena ia memulai perbuatan lebih dahulu. Ia tidak bersifat oifensif (bertahan) yang hanya berbuat apabila orang lain yang memulai. Dakwah juga bersifat aktif, karena ia merupakan upaya persuasif yang berusaha untuk meyakinkan pihak lain agar mau mengikuti isi dakwah itu. Dakwah tidak bersifat reaktif, yang hanya sesuatu apabila mendapat umpan. (Sumber : Risalah Jumat)
Allah sudah menyertainya. Dan begitulah, tantangan dakwah akan selalu ada selagi dakwah itu ada. Tantangan-tantangan ini terkadang berupa hambatan-hambatan dakwah baik intérnal maupun eksternal yang sering berbentuk ujian-ujian hidup bagi pelaku dakwah itu sendiri. Dan sebagai insan-insan dakwah, para Nabi justru yang paling parah menghadapi ujian-ujian hidup. Hal ini dituturkan sendiri oleh Nabi saw ketika menjawab pertanyaan Shahabat Sa'd bin Abi Waqqash, "Siapakah orang yang paling pedih ujian hidupnya di dunia ini?" Beliau menjawab, "Para Nabi, kemudian orang-orang yang tingkatannya mendekati Nabi, dan seterusnya. " (HR. Ibnu Majah)
7. Ofensif dan aktif (Hujumi wa Fa 'ali)
Mengajak, mengundang, memanggil, dan menyeru adalah pekerjaan-pekerjaan yang memiliki karakteristik khusus, yaitu ofensif dan aktif. Karenanya, dari sini dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah upaya yang bersifat ofensif, karena ia memulai perbuatan lebih dahulu. Ia tidak bersifat oifensif (bertahan) yang hanya berbuat apabila orang lain yang memulai. Dakwah juga bersifat aktif, karena ia merupakan upaya persuasif yang berusaha untuk meyakinkan pihak lain agar mau mengikuti isi dakwah itu. Dakwah tidak bersifat reaktif, yang hanya sesuatu apabila mendapat umpan. (Sumber : Risalah Jumat)