October 2013

Keistimewaan Al Quran



Secara bahasa Al Quran berasal dari kata "qara-a, yaqro-u, qar-an atau qur'aanan" yang berarti "bacaan". Secara terminologi (definisi) Al Quran berarti kalam Allah yang diturunkan/diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, diriwayatkan secara muthawatir (terjamin kesahihannya, tidak ada keraguan didalamnya) yang merupakan ibadah bagi pembacanya dan sebagai sumber hukum dalam kehidupan umat manusia.

Tidak semua kalam Allah adalah Al Quran, hanya yang di wahyukan kepada Rasullulah dan di riwayatkan secara mutawattir sajalah yang disebut Al Quran. Juga tidak semua wahyu Allah kepada Rasulullah adalah Al Quran karena ada pula yang dinamakan Hadits Qudsi yang redaksinya berasal dari Rasulullah.

Hikmah Al Quran diturunkan

Sejarah membuktikan bahwa betapa banyaknya agama-agama yang berkembang di dunia ini, yang masing-masing mempunyai kitab suci sebagai pedoman hidup penganutnya. Namun, tidak ada satupun yang mampu memberi bimbingan kepada penganutnya, dan kepada umat manusia pada umumnya. Sedangkan kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sebelum Al Quran adalah khusus satu golongan saja/kaum tertentu. Di samping itu, sekarang banyak mengalami perubahan-perubahan sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi untuk menjamin keselamatan umat.

Keadaan umat manusia sebelum Al Quran diturunkan tidak mempunyai kestabilan antara rohani dan jasmani, terutama di tanah arab. Maka Allah yang Maha Bijaksana menurunkan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW untuk membimbing seluruh alam ini menuju jalan kebahagian dunia dan akherat (QS. Ibrahim [14]  : 1 dan  QS. Yunus [10] : 57).

Hikmah diturunkannya Al Quran antara lain :
  • Al Quran sebagai pengajaran dan nasehat yang datangnya dari Allah untuk membimbing umat manusia.
  • Al Quran sebagai penawar (obat) yang sangat mujarab untuk mengobati penyakit mental/rohani umat manusia
  • Al Quran mendudukkan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang, dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan pokok kehidupan
  • Al Quran merumuskan fungsi hidup umat manusia, yaitu beribadah dan berbakti kepada Allah (QS. Al An'am [6] : 165)
  • Al Quran sebagai mu'jizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar dan tidak dapat ditandingi oleh siapapun sepanjang zaman (QS. Al Isra' [17] : 88)
Keistimewaan dan keajaiban Al Quran

Berdasarkan fakta-fakta yang nyata, maka tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa Al Quran itu merupakan satu-satunya kitab suci yang sangat istimewa dari kitab-kitab agama yang lain. Adapun keistimewaan dan keajaiban Al Quran adalah sebagai berikut:
  • Al Quran terpeliharanya kemurnian sejak pertama kali diturunkan hingga akhir zaman Al Quran merupakan satu-satunya kitab suci yang masih asli dan murni isi dan ajaran-ajaranya walaupun sudah mencapai usia kurang lebih 15 abad lamanya. Allah berfirman : "Sesungguhnya kami telah menurunkan Al Quran dan sesungguhnya Kami tetap memelihara" (QS. Al Hijr [15] : 9). Penulisan Al Quran itu di koordinir oleh Rasullullah SAW sendiri, sehingga kalau ada kekeliruan dapat langsung ditanyakan pada beliau. Disamping itu, banyak para sahabat yang menghafal Al Quran dengan bimbingan Rasulullah SAW. Dan usaha menghafal itu terus dilakukan hingga saat ini, sehingga pemalsuan mudah diketahui.
  • Al Quran memiliki susunan serta gaya bahasa yang sangat indah menakjubkan sehingga tidak mungkin ada yang menyainginya. Tidak ada seorangpun yang dapat menyainginya. Tidak ada seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagungannya. (QS. Al Baqarah [2] : 23 dan QS. Al Isra' [17] : 88). Al Quran memiliki jumlah huruf yang seimbang dengan jumlah kata-katanya, baik antara kata dengan padananya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya. Sebagai contoh, kata "hayat" (hidup) berjumlah sama dengan "maut" (mati) masing-masing 145 buah, "akhirat" terulang sebanyak 115 kali sebanyak kata "dunia", kata "malaikat' terulang 88 kali sebanyak kata "syetan", kata "panas" terulang 4 kali sebanyak kata "dingin" dsb. Pantas saja Allah berfirman : "Allah menurunkan kitab Al Quran dengan penuh kebenaran dan keseimbangan. "(QS. Ash Shuraa [42]: 17)
  • Isinya bebas dari campur tangan manusia dan tidak ada yang saling bertentangan
  • Isi dan ajarannya sesuai dengan fitrah (kodrat) manusia.
  • Al Quran apabila kita baca sudah merupakan suatu ibadah
  • Al Quran mudah dihafal, dipahami dan diamalkan. (QS. Al Qamar [54] : 17 dan 34)
  • Isinya mencakup dan menyempurnakan ajaran-ajaran kitab-kitab sebelumnya.
  • Isi Al Quran juga ditujukan kepada semua umat manusia, tidak hanya untuk satu bangsa saja. (QS. Saba [34] : 28)
  • Ajarannya sangat universal, sehingga berlaku untuk segala bangsa dan segala zaman serta memberi petunjuk dan pedoman yang lengkap, mendalam, dan mencakup semua kehidupan.
  • Al Quran mengandung prinsip persamaan derajat
  • Pembawanya (Muhammad) adalah orang yang ummi (tidak dapat membaca dan menulis) sehingga dapat membuktikan bahwa Al Quran itu benar-benar dari Allah bukan karangan manusia.
  • Diturunkannya Al Quran sebagai rahmat dari Allah. (QS. Al Isra' [17] : 82)
Salah satu mukjizat Al Quran terletak pada fashahah dan balaghahnya, keindahan susunan dan gaya bahasanya serta isinya yang tidak ada bandingannya. Mustahil manusia dapat membuat susunan yang serupa seperti Al Quran yang dapat menandinginya. Dalam Al Quran sendiri terdapat ayat -ayat yang menantang setiap orang untuk membuat yang serupa dengan Al Quran, antara lain Allah berfirman:

"Katakanlah : Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak dapat membuatnya, biarkan sebagian mereka membantu sebagian (yang lain)." (QS. Al Isra' [17] : 88)

Bagi yang tidak mengerti bahasa arab, seperti bahasa indonesia tentu amatlah sulit menemukan dimana letak mukjizat Al Quran, karena mengetahui ketinggian mutu sesuatu susunan kata-kata tidak akan dapat dipahami, kalau kita tidak dapat merasakan keindahan bahasa itu sendiri. Oleh sebab itu, cukuplah kita melihat reaksi para sastrawan penantang islam yang menunjukan bukti atas ijjaz kitab itu.

Hampir semua orientalis barat berkesimpulan bahwa Al Quran itu adalah buatan Nabi Muhammad SAW yang dikarang dengan atau tanpa bantuan siapa pun. Tuduhan ini misalnya terlihat dari buku " Preliminary Discourse" karya G. Sale (1899) yang menyebutkan bahwa oleh Sir Wiliam Muir dan Wollaston (1905), seterusnya FJL. Menezes (1911) dalam karyanya "The Life and Religion Muhammad : The Prophet of Arabia".

Itulah kekecewaan orientalis barat yang timbul akibat kedaifan mereka untuk menandingi keistimewaan Al Quran. Mereka menuduh Muhammad sebagai penyair, berpenyakit gila, atau ahli sihir yang bergantung kepada sumber-sumber Yahudi dan Kristian.

Di samping ditinjau dari segi bahasanya, Al Quran juga mengandung mukjizat dari segi isinya, contohnya :

Di dalam Al Quran terdapat berita-berita dan janji-janji mengenai masa yang akan datang

Kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan adalah di luar kekuasaan manusia untuk mengetahuinya. Memang ada ramalan-ramalan dukun tentang masa depan tetapi tidak dijamin kebenaranya. Berbeda dengan Al Quran,  semua berita-berita dan janji-janji yang tersebut di dalam Al Quran adalah benar dan telah menjadi kenyataan seperti :

Kerap kali umat musyrikin mekah sebelum hijrah menantang kaum muslimin dan mengatakan, "Bangsa Rum yang mempunyai kitab injil telah dikalahkan oleh tentara persia (waktu itu menganut agama majusi)." Kemudian turunlah firman Allah :

"Telah dikalahkan kerajaan Rum di negeri yang terdekat dan mereka sesudah kalah itu akan menang lagi dalam beberapa tahun." (QS. Ar Rum [30] :23)

Memang kerajaan Rum di waktu turunya ayat itu dalam keadaan sangat lemah dan tidak akan mungkin bangun lagi. Tetapi apa yang diberitakan Al Quran telah menjadi kenyataan dalam beberapa tahun kemudian.

Di dalam Al Quran terdapat pula fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manisia di tanah arab pada waktu itu,  tetapi fakta-fakta tersebut dijelaskan dengan tepat dan sekarang diakui kebenaranya.

Seperti : Pada masa turunya Al Quran,  ilmu kedokteran di tanah arab boleh dikatakan tidak ada, yang ada hanya ilmu pengetahuan secara primitif dan tahayul. Namun demikian Al Quran menerangkan :

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) di dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang. Kemudian tulang-tulang itu Kami bungkus dengan daging. Sesudah itu Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik. " (QS. Al Mu'minun [23] : 12-14)

Pada mulanya, ahli-ahli falak menetapkan bahwa  matahari tetap, tidak berjalan (beredar) dan hanya bumilah yang beredar disekeliling matahari, tetapi Al Quran menegaskan bahwa matahari juga berjalan. Hal ini baru terungkap dengan penemuan ilmiah baru-baru ini. Allah berfirman :

"Dan matahari itu beredar di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. " (QS. Yasin [36] : 38)

Kewajiban terhadap Al Quran

Setiap muslim memiliki kewajiban dan konsekuensi terhadap kitab sucinya, yang antara lain :

1. Membaca Al Quran
Menbaca Al Quran merupakan salah satu tanda keimanan, menjadi pembeda antara orang muslim dengan orang kafir. Allah berfirman :

"Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat, suatu dinding yang tertutup". (QS. Al Isra'[17] : 45)

Kita tidak perlu takut untuk membaca Al Quran walaupun bacaan kita belum lancar. Semuanya pasti akan mendapat balasan yang adil oleh Allah SWT.

Pembacaan Al Quran ada dua model, yaitu tilawah, membaca Al Quran dengan membaca (lafaldz) ayat demi ayat, membetulkan tajwidnya, memerdukan suara dan lagunya. Model yang lain adalah tadarus, membaca tidak hanya membaca (lafaldz) ayat demi ayat, membetulkan tajwidnya, memerdukan suara dan lagunya, tetapi dilanjutkan dengan pemahaman makna, penggalian petunjuk untuk selanjutnya diamalkan.

Di bulan Ramadhan, rasulullah SAW menuntunkan kepada umat Islam untuk menjalankan tadarus Al Quran, bukan sekedar menjalankan tilawah apalagi Quran. Bagi kita umat Islam, apabila mendengar lantunan bacaan Al Quran berkewajiban untuk mendengarkan dengan tenang agar kita mendapat rahmat (QS. Al Araf [7]: 204)

2. Menghafal bacaan Al Quran
Rasulullah bersabda : "Bacalah olehmu Al Quran, karena ia akan memberimu syafaat pada hari kiamat bagi para pembaca dan penghafalnya."(HR. Muslim)

3. Mengajarkan dan membenarkan Al Quran
Setelah mempelajari Al Quran, maka kewajiban selanjutnya adalah mengajarkan apa yang di dapatkannya dan menyebarkan kebenaran Al Quran ke seluruh pelosok negeri minimal di keluarga atau lingkungan sekitar supaya umat islam tidak buta huruf Al Quran (kitab mereka sendiri). Nabi Muhammad SAW bersabda : Dari Usman bin Affan ra, ia berkata, rasulullah bersabda, "Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkanya." (HR. Al Bukhari, Daud,  At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad Darimi)

4. Memahami maknanya, menghayati (tadabur) dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak kaum muslim yang terjebak pada ibadah ritual sekedar membaca Al Quran saja. Mereka lupa bahwa fungsi utama Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan petunjuk itu harus digali untuk selanjutnya diamalkan. Banyak pula kaum muslim yang dekat dengan Al Quran, tetapi kedekatan itu baru sekedar kedekatan secara fisik (dekat dengan mushaf Al Quran). Akan tetapi jika kita mau mengukur moral, amal dan perilaku kita dengan petunjuk dan ajaran Al Quran, secara jujur harus diakui masih jauh dari Al Quran.

Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa "barang siapa yang menjadikan Al Quran sebagai imam, maka ia membimbingnya ke surga. Namun siapa yang menjadikan Al Quran sebagai makmum, maka ia akan mendorongnya ke dalam neraka". 

(Sumber : AAI FTP UGM)




 

Ma'rifatullah (Mengenal Allah)



Aqidah Islamiyah

Ajaran tauhid, telah ada dalam jiwa manusia sejak Nabi Adam as sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah swt di muka bumi.

Sesungguhnya Allah swt, menurunkan agama islam (ajaran tauhid) untuk manusia adalah untuk memuliakan manusia itu sendiri, bukan untuk menyengsarakan hidup manusia. Dengan ajaran agama islam ini, diharapkan manusia dapat mengenal Allah swt. Mengenal kekuasaan Nya, kebesaran Nya dan keagungan Nya, sehingga manusia dapat beriman kepada Nya dengan sebenar-benarnya iman yang akan menimbulkan rasa cinta terhadap Allah swt.

Lalu apa tauhid (Aqidah)? Aqidah berasal dari kata 'aqada-ya'qidu-'aqdatan' yang berarti simpulan ikatan perjanjian yang kuat. Kemudian bentuk kata ini berubah menjadi 'aqidatan' (aqidah) berarti ikatan kepercayaan dan keyakinan kebenaran yang kuat dalam hati. Sedangkan secara etimologis /istilah berarti suatu kebenaran yang dapat diyakini dalam dalam hati dengan penuh kemantapan, sehingga terhindar dari keragu-raguan, berdasarkan ayat-ayat qauliyah (Al Quran) maupun ayat-ayat kauniyah (alamiah) yang dapat dibuktikan dengan hukum alam dan pengetahuan."

Keimanan/keyakinan manusia itu bertingkat-tingkat, untuk membuktikan keyakinan yang mapan, maka dapat dianalisa dengan tiga tingkat :

Tingkat pertama disebut ilmulyakin : yaitu suatu keyakinan yang didapat berdasarkan ilmu dan pengetahuannya, berupa teori, ibarat kita melihat asap, maka kita akan yakin bahwasanya ditempat tersebut pasti ada api.

Tingkat kedua disebut ainulyakin, sebagai peningkatan ilmu dari ilmul yakin. Untuk lebih meyakinkan kebenaran perkiraan kita terhadap hal tersebut tadi, maka kita menuju ketempat dimana kita perkirakan api sedang berkobar. Dari kejauhan kita dapat melihat jilatan api yang menambah keyakinan kita akan adanya kebakaran (penelitian dan observasi).

Tingkat ketiga disebut Haqqulyakin. Setelah kita melihat jilatan api, makin mendekat makin terasa juga panasnya, barulah kita percaya sepenuhnya bahwa dugaan kita tadi ternyata benar dan tak perlu diragukan lagi

Ma'rifatullah

Allah swt adalah Dzat yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Kekuasaan Nya tidak terbatas, kekuatan Nya tidak dapat diukur, keluasan ilmu Nya tidak dapat diketahui, kebesaran Nya tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Karena itu keagungan dan kebesaran hanyalah milik Allah swt. Sedangkan manusia, betapapun hebat dan unggulnya, ia hanyalah salah satu makhluk dari berjuta-juta makhluk Allah swt yang sangat membutuhkan pertolongan dan perlindungan dari Nya.

Apabila manusia menyadari hakikat tersebut maka ia pasti akanberiman tunduk dan patuh kepada Allah swt. Merendahkan dihadapan Nya dan menerima kebenaran dengan tulus dari siapapun juga. Sebab hakikatnya kebenaran datangnya dari Allah swt (QS. [2] : 147)

Oleh karena itu semakin orang mengenal Allah swt, maka akan semakin kuat imanya dan semakin takut kepada Nya.

Satu hal yang sangat penting dalam hidup manusia di dunia yang sementara ini adalah bagaimana manusia itu dapat menyempunakan imanya sehingga ia dapat mati membawa kalimat iman, kalimat "laailaha illallah" dan amal sholeh sehingga ditolong oleh Allah swt dari adzabNya, masuk kedalam surga Nya.

Untuk menumbuhkan keimanan yang sempurna kepada Allah swt, maka kita harus berusaha, tanpa berusaha tidak mungkin keimanan itu datang dengan dengan tiba-tiba. Untuk mendatangkan keimanan yang sempurna kita perlu mengenal siapa itu Allah swt (Ma'rifatullah).

Ma'rifatullah berasal dari kata Ma'rifah berarti mengenal, mengetahui. Yang perlu ditekankan, mengenal Allah bukan lewat dzatNya melainkan mengenal Allah lewat ayat-ayatNya dan tanda-tanda kebesaran Allah swt.

Urgensi Ma'rifatullah

Orang yang mengenal Allah swt denga sebenar-benar pengenalan, akan menyadari bahwa Allah swt yang Maha kuasa, Maha Kaya, Maha Perkasa dan Maha Bijaksana tidak membutuhkan sesuatupun dari manusia. Karenanya bila mendapatkan kebaikan maka akan memuji Allah swt dan bersyukur kepada Nya, tidak menyombongkan diri atau lupa diri, sebab ia tidak akan mampu berbuat apapun tanpa bantuan dan pertolongan Nya dan bila mendapatkan keburukan maka segera melakukan instropeksi.

Orang yang telah mengenal Allah swt akan menyadari tugas yang harus ia emban dalam kehidupan di dunia ini yaitu beribadah kepada Nya untuk mencari keridhaan Nya. Sebaliknya orang yang tidak mengenal Allah swt, akan menyombongkan diri di dunia ini, dan manusia yang menyombongkan diri sama saja menantang Allah swt dan menjadikan dirinya sebagai saingan bagi Nya. Orang yang menyombongkan diri adalah orang yang tidak mengenal pencipta dan pengatur jagad raya ini yaitu Allah swt.

Dengan mengenal Allah maka kita dapat mengetahui dengan pasti apa tujuan hidup kita (QS. [51]:56) dan tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia, kita akan merasakan kehidupan yang lapang walau bagaimanapun keadaan dan seberat apapun masalah yang dihadapi. Karena kita yakin Allah pasti memberikan yang terbaik bagi hamba Nya dan akan kegelapan dan kebodohan menuju cahaya yang terang (QS.[6] : 122).

Maka sungguh beruntung, apabila seseorang itu kenal dengan Allah sehingga dicintai dan ditolong oleh Allah swt, maka dia akan mendapatkan segala-galanya, bahagia, sukses selama-lamanya di surga Nya.

Cara Mengenal Allah Swt

Lalu bagaimana kita dapat mengenal Allah dengan sebenar-benarnya? yaitu dengan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah (ayat kauniyah) dan merenungi dan menghayati ayat-ayat Al Quran, serta dengan memahami Asmaul Husna.

Ayat-ayat kauniyah Allah swt adalah menunjukan kesempurnaan kekuasaan, kebijaksanaan, dan kasih sayang Nya. Matahari adalah salah satu ayat Allah sampai kelak Allah menghancurkannya. Matahari selalu bergerak, berjalan di tempat peredarannya, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Yasin [36] : 38.

Sesungguhnya Allah swt adalah Dzat yang menciptakan semua makhluk. Semua makhluk baik yang besar maupun yang kecil, yang tampak dan yang tidak tampak, yang kasar yang halus, yang ada di bumi, dilangit, diantara langit dan bumi, yang ada di laut maupun di dasar laut, semuanya adalah ciptaan Allah swt. Dialah Dzat yang Maha menciptakan (Kholik).

Allah swt adalah Dzat yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Maka kita tanamkan perasaan dalam hati kita bahwasanya kita itu selalu dilihat, didengar, dan diketahui, serta diawasi oleh Allah swt sehingga kita akan merasa malu untuk berbuat maksiat kepada Allah swt. Bila kita memiliki perasaaan seperti itu, malu untuk berbuat maksiat kepada Allah swt. Bila kita memiliki perasaan seperti itu, maka Allah akan berikan sifat ikhsan kepada diri kita, yamg mana dengan sifat itu kita akan dapat merasa seolah-olah melihat Allah swt ada dihadapan kita.

Sesungguhnya Allah swt, sangat dekat dengan diri manusia, bahkan lebih dekat dari urat lehernya, tetapi kenapa terasa jauh dan sulit untuk mengenal Nya. Karenadalam diri manusia ada dinding yang tebal antara lain :
  • Kesombongan (QS. [7] : 146, [25] : 21)
  • Taklid Buta (sikap meniru tanpa berfikir) (QS. [2] : 166-167, 170-171)
  • Keras kepala dan menentang (QS. [22] : 8-9, [6] : 7, [15] : 14-15)
  • Bersandar pada panca indera (QS. [2] : 55)
  • Dusta (QS. [7] : 176)
  • Ragu-ragu (QS. [6] : 109-110)
  • Banyak berbuat maksiat
Semua sifat diatas adalah bibit-bibit kekafiran yang harus dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah swt mengunci mati hati manusia dan menutup mata dan telinga serta menyiksanya di neraka (QS. [2]:6-7)

Iman kepada Allah swt

Apabila kita mengenal Allah, maka kita pasti akan beriman kepada Allah swt, semakin mengenal Allah maka semakin meningkat pula iman kita. lalu apa yang harus kita imani?

Pertama : Iman kepada kewujudan (adanya) Allah swt. Kewujudan Allah swt ini telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara' dan indera.

Perunjuk fitrah menyatakan kewujudan Allah. Karena segala makhluk telah diciptakan untuk beriman kepada penciptanya tanpa harus diajari sebelumnya. Tidak ada makhluk yang berpaling dari fitrah itu kecuali hatinya telah termasuki oleh oleh sesuatu yang dapat memalingkannya dari fitrah itu. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW" Tiada yang terlahir melainkan ia dilahirkan di atas (dalam keadaan) fitrah. Maka kedua orang tuanya akan menjadikannya sebagai orang yahudi, nasrani, atau majusi."

Petunjuk akal menyatakan kewujudan Allah swt, karena seluruh makhluk yang ada ini, termasuk yang sudah berlalu maupun yang akan datang kemudian, sudah tentu ada penciptanya yang menciptakanya. Tidak mungkin makhluk itu mengadakan dirinya sendiri atau ada begitu saja dengan sendirinya. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah swt dalan Al Quran surat At Thur [52] ayat 35.

Ada baiknya jika kita mengambil satu contoh untuk lebih memperjelas hal itu. Jika seseorang menceritakan kepadamu tentang sebuah istana yang megah, yang dikelilingi oleh berbagai tanaman, ada sungai-sungai yang mengalir diantara bangunan-bangunan istana itu, dipenuhi dengan berbagai permadani, dipercantik dengan berbagai jenis perhiasan pada bangunan-bangunanya, lalu ia berkata kepada anda : "Sesungguhnya istana ini ada dengan sendirinya, tercipta oleh dirinya sendiri tanpa ada yang menciptakanya". Maka anda tentu langsung membantah hal itu serta mendustakannya dan pasti anda akan mengira dia itu orang gila.

Petunjuk Syar'i juga menyatakan kewujudan Allah swt, sebab semua kitab-kitab samawi seluruhnya menyatakan demikian. Apa saja yang dibawa oleh kitab-kitab samawi itu berupa hukum-hukum yang menjamin kemaslahatan makhluk merupakan bukti bahwa itu datang dari Rabb yang bijaksana dan Maha Tahu akan kemaslahatan makhluknya.

Dan petunjuk indera mengenai kewujudan Allah swt dapat dilihat dengan mendengar dan menyaksikan dikabulkannya permohonan orang-orang yang berdoa dan ditolongnya orang-orang yang kesusahan, yang semuanya itu menunjukan adanya Allah swt (QS. Al Anbiya [21] : 76, QS. Al Anfal [8] : 9)

Dalam Shahih Bukhari disebutkan hadist dari Anas bin Malik ra bahwa orang badui masuk (ke dalam masjid) pada hari jumat, sementara nabi SAW sedang berkutbah. Orang itu lantas berkata :" Ya Rasulullah harta kami musnah dan keluarga kami kelaparan. Maka berdoalah kepada Allah buat kami, "Akhirnya beliau mengangkat kedua tangan dan berdoa. Tak lama kemudian, awan sebesar gunung pun tiba, sementara beliau masih diatas mimbar, sehingga aku lihat air hujan bercucuran pada jenggot beliau. Pada jum'at kedua (berikutnya), si arab Badui itu, atau lainnya, berdiri lantas berkata : "Ya Rasulullah, bangunan rumah kami roboh dan harta kami tenggelam. Maka berdoalah kepada Allah untuk kami". Akhirnya beliau pun mengangkat kedua tanganya seraya berdoa : "Ya Allah, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami". Akhirnya, tidaklah beliau menunjuk pada suatu arah (tempat) melainkan menjadi terang (tanpa hujan). Selain itu juga dengan ayat-ayat (tanda-tanda) para nabi as yang dinamakan mu'jizat.

Kedua : Iman kepada Rububiyah Nya. Artinya bahwa Allah adalah satu -satunya Rabb yang tak mempunyai sekutu maupun penolong. Rabb adalah Dzat yang berwenang mencipta, memiliki dan memerintah. Tiada pencipta selain Allah, tiada yang memiliki kecuali Allah serta tiada yang berhak memerintah kecuali Allah (QS. Al A'raf [7] : 54 dan QS. Fathir [35] : 13)

Ketiga : Iman kepada Uluhiyah Nya. Artinya bahwa Allah adalah satu-satunya ilah yang Haq, tiada sekutu baginya, Kata ilah disini bermakna ma'lub yang berarti yang disembah/diibadahi atas landasan kecintaan dan pengagungan.

Keempat : Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Nya. Artinya menetapkan apa saja yang telah ditetapkan Allah bagi diri Nya yang tersebut dalam kitab Nya atau sunah RasulNya tentang nama-nama dan sifat-sifat sesuai dengan yang layak bagi Nya

Mencintai Allah swt

Sesungguhnya mengenai masalah mencintai Allah swt adalah suatu bab yang membutuhkan pemahaman yang serius dan harus dipelajari secara mendalam.

Sesungguhnya nikmat agama tak bisa dihitung dengan apa saja yang ada di dunia ini. Besarnya nilai iman, sehingga bila masih ada orang yang beriman walaupun hanya tinggal satu orang saja, maka Allah swt akan menunda kehancuran dunia.

Orang yang beriman kepada Allah swt maka akan timbul rasa cinta kepada Allah swt. Semakin besar keimanannya maka akan semakin besar pula rasa cintanya kepada Allah swt dan rela mengorbankan segala potensi yang dia miliki untuk mentaati Allah swt.

Menurut sebagian ulama makna dari kalimat "Laailaha illallah" adalah bahwasanya tidak ada yang patut dicintai kecuali Allah swt semata (Illah adalah sesuatu yang pantas dicintai)

Begitu pula juga konsekuensi kita mengucapkan kalimat syahadad, kita harus berkorban demi mendapatkan kecintaan Allah swt. Contoh orang yang cintanya kepada Allah swt begitu besar sehingga beliau mau mengorbankan segala-galanya demi Allah swt adalah Nabi Ibrahim as. Begitu besarnya kecintaan dan pengorbanan beliau maka beliau dijuluki "Khalikullah" (Kekasih Allah).

(Sumber : AAI FTP UGM)





 
loading...
 
Support : About | Site Map | Privacy Policy | Disclaimer | Contact Us |
Copyright © 2013. artikelislamiku.blogspot.com - All Rights Reserved
Di Design Ulang Oleh I Template Blog Published by I Template Blog
Proudly powered by Blogger