September 2013

Mengapa memilih islam?



Meneliti perkembangan ajaran-ajaran agama di dunia ini, maka agama dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Agama Samawiyah (Tauhid)
yaitu ajarannya bersumber dari wahyu Allah SWT yang dibawa oleh para nabi dan rosul, sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad SAW.

2. Agama Ardhiyyah (Syirik) yaitu semua ajarannya berasal dari cipta, rasa dan karsa manusia (budaya) dalam lingkungan di mana mereka hidup.

Pada hakikatnya, semua ajaran sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW adalah ajaran yang mengakui adanya satu tuhan, yaitu Allah SWT. Ajaran tersebut tentu bersumberkan dari yang satu yaitu wahyu dari Allah SWT yang dibawa Jibril kemudian disampaikan kepada para rosulNya sebagai pedoman hidup bagi umatnya, sesuai kondisi pada waktu itu. Misalnya Nabi Adam as diperbolehkan kawin dengan saudara sekandung, karena jumlah manusia belum berkembang. Umat Nabi Musa as di wajibkan sholat 50 waktu sehari semalam, karena kondisi umat memungkinkan. Tetapi Nabi Muhammad SAW hanya di wajibkan lima waktu sehari semalam,  sesuai dengan kemampuanya. Demikian juga hukum-hukum dan ibadah yang lainya.

Selain dari itu, semua agama samawiyah pada prinsipnya adalah islam. Ini terbukti bahwa umat para rosul sebelum Nabi Muhammad SAW juga disebut "muslim" artinya orang islam, berdasarkan firman Allah :

"Dan ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub. (Ibrahim berkata) : Hai anak-anaku! Sesungguhnya  Allah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam ". (QS. Al Baqrah [2] : 132).

Hanya saja dalam operasionalnya, nama islam itu tidak dipopulerkan, karena ruang lingkupnya masih terlalu terbatas untuk satu golongan (kaum). Oleh karena itu, ajaran para rosul sebelum Nabi Muhammad SAW hanya diperuntukan bagi kaumnya sendiri-sendiri, bukan bagi umat yang lain.

Agama polytheisme
Agama polytheisme adalah agama yang mengakui dan menyembah banyak tuhan. Yang termasuk agama polytheisme adalah agama primitif (animisme dan dinamisme), hindu, budha dll. Bukti ketidak sempurnaan/kesalahan ajaran polytheisme :

1. Ketuhanan : ajaran polytheisme mengakui adanya banyak tuhan. Hal itu tentu menunjukan bahwa Tuhan tidak memiliki sifat Maha Kuasa karena sifat Maha hanya ditujukan untuk 1 tuhan saja. Oleh karena itu, kekuasan tuhan dalam ajaran ini bersifat terbatas.  Bahkan dalam agama Hindu kita mengenal ajaran Trimurti, yaitu menyembah dewa syiwa (dewa perusak), dewa wisnu (dewa pelindung) ataupun dewa brahma (dewa pencipta). Hal ini mencerminkan bahwa kekuasaan tuhan terbagi-bagi dan terbatas. Ada tuhan yang hanya berkuasa menciptakan alam raya, ada yang hanya berkuasa merusak alam dan ada yang hanya berkuasa melindungi alam raya. Hal inu senada terhadap ajaran agama polytheisme yang lain.

Dalam pandangan islam,  Tuhan itu bersifat Maha Esa (satu), baik Esa dalam namaNya, Esa dalam dzatNya, Esa dalam sifatNya manapun perbuatanNya. Hanya ada satu Tuhanlah yanh disembah dan diakui dalam hidup ini, Dia lah Allah SWT. Tidak ada satupun yang menyamaiNya. Allah adalah tuhan yang Maha Kuasa. Kekuasanya tidak terbatas baik oleh siapapun maupun apapun. Allah mampu menciptakan alam semesta, mampu membinasakan dengan amat mudah, mampu melindungi alam semesta, mampu menurunkan hujan dan sebagainya. Kepercayaan dan sesembahan kepada selain Allah yang Maha Esa berarti syirik (menyekutukan Allah). Oleh karena itu, ajaran polytheisme sering disebut juga dengan agama syirik.

2. Pembagian kasta : beberapa ajaran polytheisme sering dikenal adanya ajaran pembagian kasta, misalnya agama hindu. Di dalam ajaran ini,  tinggi rendahnya derajat manusia di hadapan Tuhan di tentukan oleh keturunan, kekayaan, warna kulit maupun kedudukannya. Hal ini tentu menimbulkan presepsi adanya ketidak adilan Tuhan terhadap manusia. Manusia tidak mempunyai kehendak untuk dilahirkan dalam kondisi keturunan seperti apa maupun warna kulit seperti apa. Tetapi, Tuhanlah yang menentukan itu semua.

Berbeda dengan ajaran agama islam. Islam tidak mengenal adanya pembagian kasta. Justru, ajaran pembagian kasta ini sangat bertentangan dengan ajaran persamaan manusia di dalam islam.
Dalam ajaran islam, orang yang memiliki kedudukan tinggi di hadapan Allah adalah yang bertaqwa. Allah berfirman :

 "....Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa." (QS. Al Hujarat [49] : 13)

3. Balasan/hukuman dosa : banyak ajaran-ajaran polytheisme yang menerapkan hukuman di dunia saja dan tidak menyinggung sedikitpun masalah akherat. Agama hindu misalnya, ajaran ini menerapkan hukuman karma di dunia tanpa mempermasalahkan adanya balasan di akherat kelak.

Sedangkan ajaran agama islam menerapkan hukuman baik di dunia dan di akherat. Bahkan hanya agama islamlah yang menjelaskan kehidupan akherat secara jelas dan pasti. Di akherat nanti, setiap amalan manusia baik sekecil apapun akan mendapat balasan dari Allah seadil-adilnya. Allah bersifat Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga Allah berkuasa untuk memberikan pahala ataupun dosa terhadap amal perbuatan manusia itu. Pahala dan dosa itu akan dipertanggungjawabkan di akherat kelak.

4. Reinkarnasi : reinkarnasi adalah kelahiran manusia kembali di dunia. Dalam kepercayaan agama hindu apabila manusia mati maka ruhnya akan tertuju ke surga atau neraka kemudian menjelma (memasuki) bayi yang baru lahir. Apabila dalam kehidupan lampau selalu berbuat baik, maka ia akan menjelma menjadi bentuk yang lebih baik lagi. Sedangkan jika berbuat buruk, maka akan lahir dalam bentuk binatang yang hina dina. Seseorang akan terbebas dari lingkaran reinkarnasi jika dirinya tidak berdosa. Keburukan ajaran inu tampak pada prinsip bahwa orang yang baik adalah orang yang tidak berdosa, sehingga ia akan terbebas dari reinkarnasi.

Sedangkan agama islam mengajarkan bahwa orang yang baik adalah bukan orang yang tidak berdosa, tetapi orang yang ketika berdosa maka ia segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Islam memahami prinsip bahwa dosa itu fitrah manusia. Selain itu, islam tidak mengenal adanya reinkarnasi. Setelah manusia mati, ia akan hidup di alam barzah (kubur) kemudian ke alam akherat, sehingga kelahiran kembali tidak akan mungkin terjadi :


"....Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku dapat beramal sholeh dalam hal yang dulu aku lupakan. Sekali-kali tidak! Hal itu sebenarnya hanyalah sekedar perkataan yang diucapkannya saja. Di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan" (QS. Al Mu'minun [23] : 99-100)

5. Kerahiban atau kepasturan : beberapa agama mengajarkan bahwa jika manusia ingin membaktikan dirinya kepada Tuhan maka ia tidak diperbolehkan lagi memikirkan masalah duniawi dan harus menghindari hawa nafsu. Ini tampak dengan adanya biksu, pastur, rahib, dan lain-lain yang tidak boleh memikirkan masalah duniawi dan hawa nafsu harus dimusnahkan atau dihilangkan.

Islam mengajarkan bahwa kehidupan yang baik adalah yang seimbang antara dunia dan akherat.  Hawa nafsu dalam manusia adalah fitrah. Maka, hawa nafsu bukan dimusnahkan, tetapi dikendalikan dengan aturan sehingga kemuliaan manusia tetap dapat dipertahankan, jangan sampai mengumbar hawa nafsu seperti binatang. Bahkan islam mengajarkan bahwa menikah itu adalah salah satu ibadah yang disunahkan oleh Allah SWT.

Agama nasrani (kristen/ katolik) dan agama yahudi
Pada mulanya, ajaran nasrani dengan kitab injil yang dibawa oleh Nabi Isa as merupakan agama tauhid yang datangnya dari Allah. Kemudian akibat adanya murid Nabi Isa as yang berkhianat bernama Judas Eskariot, maka ajaran tersebut mulai diselewengkan.

Dalam perkembangan selanjutnya, agama nasrani menjadi agama syirik, sebab ajaran aslinya tauhid diganti oleh para pemimpin gereja menjadi ajaran trinitas yaitu Tuhan terdiri dari 3 unsur : Tuhan bapak, putra Allah (yesus kristus) dan roh qudus. Ajaran ini berkembang sampai sekarang, menyebar ke seluruh dunia yang dibawa oleh para misionaris agama nasrani atas anjuran pimpinan gereja.

Beberapa kesalahan agama nashrani (sebagai bukti bahwa ajaran tersebut tidak murni dari Allah lagi) adalah :

1. Kitab suci (bibel) yang setiap periode berubah-ubah. Bibel selalu mengalami perubahan setiap periode untuk dilakukan perbaikan penambahan dan pengembangan oleh manusia. Hal itu tentu menyatakan bahwa kitab tersebut tidaklah asli berasal dari Allah, melainkan atas perbuatan tangan-tangan manusia.

2. Ajaran trinitas yang mengajarkan untuk menyembah yesus.
Dalam kitab bible jelas tidak ada satupun ayat yang menyatakan bahwa yesus itu tuhan dan wajib untuk disembah. Bahkan di dalam bible sendiri dijelaskan bahwa yesus itu hanyalah utusan Tuhan (yohanes 16:5)

3. Penyebaran agama nashrani ke seluruh dunia
Yesus sendiri melarang muridnya untuk menyebarkan agama nashrani kepada bangsa lain (matius 15:24). Dengan demikian jelaslah bahwa penyebaran agama kristen ke seluruh umat di dunia ini adalah rekayasa pemimpin gereja. Bahkan di dalam bible dikatan (Matius 10:56)

4. Tuhan versi bible
Tuhan berpikir keras (kejadian 18:17), tuhan itu lupa (Ratapan/Nudud Yeremia 2:1), Tuhan mengerang kesakitan (Yesaya 42: 14)

5. Malaikat versi bible
Malaikat itu tidak taat dan membangkang (Yudas 1 : 6), malaikat diadili oleh manusia (II Korintus 11: 41). Jika diperhatikan, mustahil sekali apabila manusia yang mengadili malaikat padahal justru manusialah yang banyak melakukan dosa di dunia ini.

6. Kisah Natal
Di dalam bible, tidak ada satupun ayat yang memerintahkan untuk merayakan natal  tanggal 25 Desember. Kisah natal yang dirayakan umat nashrani, sebenarnya adalah meniru perayaan dewa matahari yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember pada abad ke 4 M. Sedangkan pohon natal yang biasa digunakan, sebenarnya adalah sejenis pohon everegen. Penggunaan pohon natal adalah meniru kebiasaan semiramis (ibu dan istri-istri raja nimrod) untuk mengenang anak-anak dan cucu-cucu mereka dengan cara menghias pohon evergreen dan diberi hadiah.

7. Sinterklas
Tidak ada satu ayatpun di bible yang menjelaskan adanya sinterklas yang berbaju merah, bertopi dan berjenggot yang datang dari kutub kemudian terbang menggunakan kereta yang dikendalikan oleh kijang. Itu hanya rekaan umat Nashrani pada umumnya.

8. Ajaran penebus dosa
Ajaran ini jelas menunjukan bahwa dosa itu amatlah ringan, dan dapat ditebus kapan saja dengan amat mudah.

9. Dosa waris
Menurut keyakinan nashrani, setiap manusia menanggung dosa warisan, yang diakibatkan kekhilafan Nabi Adam dan Siti Hawa ketika mereka di surga. Untuk menghilangkan dosa waris tersebut, seseorang harus dibabtis terlebih dahulu. Oleh karena itu, seorang bayi yang meninggal seketika ia lahir, maka ia akan dimasukan ke dalam neraka. Secara logika dan menurut keyakinan islam, setiap manusia tentu menanggung dosa yang ia kerjakan sendiri, bukan dari perbuatan orang lain. Perhatikan QS. Al Isra ayat 15. Seorang bayi meninggal seketika dia dilahirkan, maka tentulah ia akan masuk ke dalam surga.

10. Ayat bible yang saling bertentangan
Sebagai buktinya, perhatikan raja-raja I 7:26 vs Tawarikh II 4:5 atau Yahya 3: 22-26 VS Matius 1:12-17. Menurut Yahya 3 : 22-26, sebelum yohanes pembaptis tertangkap, Yesus sudah mengajar dan membaptis orang, tetapi dalam Mathius 1:12-17, Yesus baru mengajar setelah Yohanes di tangkap. Masih banyak lagi pertentangan ayat-ayat di dalam bible, yang menunjukan bahwa kitab tersebut tidak suci lagi dari Allah SWT.

Kedudukan dan keistimewaan agama islam
Dalam sejarah, islam adalah agama samawi yang terakhir yang mempunyai kedudukan istimewa dibanding dengan agama samawi sebelumnya. Kedudukan tersebut antara lain :

1. Islam adalah penyempurna agama-agama samawiyah sebelum nabi muhammad SAW. Ajaran samawi sebelum Nabi Muhammad SAW terbatas untuk golongan, ruang dan waktu tertentu, sedangkan agama islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW memiliki ruang lingkup universal dengan waktu yang tidak terbatas,  karena beliau adalah nabi/rasul penutup. (QS. Saba' : 38)

2. Islam adalah pengontrol prinsip ajaran agama samawiyah yang dibawa rosul-rasul sebelum nabi muhammad, yang kemudian dirubah oleh pemuka agama mereka berubah menjadi ajaran syirik dengan menyembah lebih dari satu tuhan, misalnya ajaran trinitas dalam agama yahudi dan nashrani. Oleh karena itu, islam membantah ajaran trinitas, melalui firman Allah :

"Katakanlah : (Dialah) Allah yang Maha Esa. Allah adalah tuhan bergantung kepada Nya segala sesuatu. Dan tiadalah beranak dan tiada pula diperanakan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (QS. Al Ikhlas : 1-4)

3. Islam membenarkan semua para rasul /nabi sebelumya
Maksudnya islam mengakui adanya para nabi dan rasul yang mengajarkan ketauhidan kepada Allah swt. Islam tidak membeda-bedakan antara rosul satu dengan yang lain, sebab ajaranya adalah sama yaitu Tauhid. 

Selain memiliki kedudukan yang istimewa, islam juga memiliki keistimewaan dalam setiap ajarannya yang menjadi bukti kebenaran ajaran agama islam. Keistimewaan itu antara lain :

1. Ajaran islam sesuai dengan fitrah manusia
Ajaran islam mudah diterima, ringan pelaksanaanya dan pengamalanya serta tidak memberatkan. Sebagai contoh dengan adanya keringanan-keringanan (rukhshah) dalam ibadah puasa, ibadah nikah, dan sebagainya. Hawa nafsu adalah fitrah manusia, sehingga islam justru mengajurkan seseorang yang mampu untuk menikah. Oleh karena itu, islam tidak mengenai kepasturan dan kerahiban yang melarang seseorang untuk menikah.

2. Tidak ada paksaan untuk memasuki agama islam
Negara-negara yang dimasuki agama islam, maka penganut agama lama dan tempat-tempat ibadah mereka tidak diganggu bahkan dilindungi.(QS. Al Baqarah : 256)

3. Islam menjunjung tinggi persamaan antara manusia tanpa membedakan keturunan, kekayaan, suku, bangsa, warna kulit, dan jabatan. Orang yang paling mulia di hadapan Allah SWT hanyalah orang yang paling bertaqwa.

4. Ajaran islam mengarah kepada keseimbangan dunia dan akherat, material dan spititual, jasad dan ruh serta usaha/ikhtiar dan takdir.

5. Agama-agama selain islam adalah larangan dan sanksi dosa atas perbuatan buruk, tetapi tidak mementingkan segi akhlak (moral). Ada yang menetapkan hukuman di dunia saja (hukum karma) dan tidak menyinggung sedikitpun hukuman akherat.

6. Islam mengajarkan prinsip siapa berbuat, dia bertanggungjawab. Oleh karena itu,  islam tidak mengenal ajaran penebusan dosa.

7. Ajaran islam bersifat universal dan lengkap. Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, mulai masalah kecil hingga besar. Meliputi seluruh sisi kehidupan sehari-hari.

8. Kemukjizatan Al Quran sebagai pedoman hidup. Hingga detik ini, tidak ada satupun makhluk yang dapat menandingi Al Quran. Al Quran tetap terjaga dan terpelihara kemurniannya sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.

Ajaran agama islam digambarkan sebagai sebuah bangunan yang kokoh saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Adapun isi kandungan islam terdiri dari 3 bagian:

1. Pokok dan pondasi (asas)
Pokok dan pondasi ini terdiri atas aqidah dan ibadah. Aqidah merupakan dasar dari bangunan islam. Tanpa aqidah, maka islam tidak akan kuat. Kekuatan pondasi ini mencangkup dua kalimat syahadat dan rukun iman. Sedangkan ibadah mencakup rukun islam yang lima

2. Bangunan (Bina)
Bangunan ini mencakup segala aturan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik aspek politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan, keprajuritan, akhlak dan pengajaran.

3. Pendukung dan penopang (Muayyidat)
Untuk menjaga agar bangunan islam tetap kokoh, perlu adanya penjagaan dan dukungan. Dukungan ini dalam bentuk dakwah dan jihad, maka bangunan islam akan runtuh. Bagaikan rumah tak beratap akan menghancurkan hiasan, bangunan dan isinya.

(Sumber : AAI FTP UGM)





 

Cinta terhadap anak



"Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar " (QS. Al Anfal [8] : 28).

Al Quran melukiskan perkembangan jiwa manusia melalui firman Nya,

"ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu, serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamanya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur " (QS. Al-Hadid [57] : 20).

Ia bagaikan permainan bagi bayi yang melakukan sesuatu tanpa tujuan. Kemudian, merankak menjadi suatu aktivitas yang dilakukan dengan sadar, tetapi mengabaikan yang penting, sebagaimana yang sering dilakukan oleh anak yang beranjak remaja. Ini berlanjut dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa mereka hingga mencapai usia remaja yakni ketika mereka mulai memperhatikan hiasan, bersolek, dan bergagah-gagah. Dan setelah dewasa sampai tua, perhatian tertuju pada mengumpulkan harta serta memperbanyak anak dan berbangga-bangga dengan harta dan anak. Semua diibaratkan seperti tanaman yang mengagumkan, tetapi pada akhirnya semua akan binasa.
Ayat diatas ditutup dengan firmaNya,

"Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (bagi orang-orang kafir)."

Ayat ini, antara lain,  melukiskan anak sebagai salah satu kebanggaan manusia. Namun, Al Quran mengingatkan,

"Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah" (QS. Luqman [31]:33).

Cinta orang tua kepada anak melebihi cinta anak kepada orang tua. Bacalah kisah Nabi Nuh as yang merupakan salah seorang dari lima nabi yang paling utama. Betapapun anaknya durhaka kepada Allah dan membangkang orang tuanya, cintanya tidak luntur. Sampai detik-detik terakhir, beliau untuk menumpang ke perahu di tengah gelombang yang laksana gunung.

Dan Nuh memanggil anak kandung, sedangkan anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, "Hai anakku, naiklah (ke perahu) bersama kami, dan janganlah kamu berada bersama orang-orang kafir " Anaknya menjawab, Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah! " Nuh berkata, "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang. " Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan 
(QS. Hud [11] : 42-43).

Setelah anaknya tenggelam pun, ketika air bah surut dan Nabi Nuh as bersama kaum yang beriman selamat sampai ke darat, cinta sang ayah belum juga pupus. Ini, antara lain, terbukti dari informasi Al Quran.

Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata,"Ya tuhanku, sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya."Allah berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan" (QS. Hud [11] : 45-46).

Cinta ayah kepada anak juga dilukiskan Al Quran dalam kisah Nabi Yaqub dengan putranya, yusuf. "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf, "dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan (QS. Yusuf [12] : 84), demikian juga penjelasan Al Quran. Akan tetapi, dengan mencium aroma yusuf melalui baju yang dikirimkan oleh sang anak kepada sang ayah, pulihlah penglihatannya. Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakannya baju gamis itu ke wajah Yaqub, dan kembalilah dia dapat melihat (QS. Yusuf [12] : 96). Begitu kuatnya cinta ayah terhadap anak sampai membutakan mata orang tua, dan begitu hebat pula cinta sampai mengembalikan penglihatan ayah yang buta. Kebutaan mata disini bukan dalam pengertian majazi. Pulihlah penglihatan pun demikian. Seorang psikolog pasti dapat memahami dengan baik faktor-faktor penyebab kebutaan dan pemulihan seperti itu.

Banyak pelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman Nabi Yaqub diatas.

"Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya lebih dicintai oleh ayah kita daripada dirinya sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita dalam kesesatan (kekeliruan) yang nyata" (QS. Yusuf  [12] : 8)

Begitu ucap saudara-saudara Yusuf, yang merasa dibedakan dalam perlakuan, setelah dalam kenyataan mereka tidak seibu dengan ibu Yusuf dan saudaranya, Benjamin.

Memang, boleh jadi Yakub lebih mencintai Yusuf dan saudaranya, suatu cinta berlebih yang berada di luar kemampuan beliau untuk mengendalikan. Atau hal ini merupakan kelebihan cinta pada tempatnya karena Yusuf dan saudaranya lebih kecil (muda) dari mereka. Atau, boleh jadi juga, beliau telah berlaku adil dalam cintanya, tetapi itu tidak dirasakan oleh anak-anaknya yang lain. Dengan demikian, timbul kesalahfahaman dan penilaian keliru dari mereka, bahkan menbawa akibat yang sangat fatal. Jika demikian, cinta harus dirasakan oleh yang dicintai. Sebab, jika tidak demikian, ia bukan cinta bagi yang tidak merasakanya. Selanjutnya, sikap terhadap anak harus diupayakan sama atau dimengerti oleh mereka, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan antar mereka.

Besarnya harapan dan berlebihnya cinta orangtua terhadap anak, dapat menjadi orangtua dan akan terjerumus ke dalam kesalahan, bahkan kedurhakaan. Dari sini, Al Quran antara lain mengingatkan,

"Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar " (QS. Al Anfaal  [8] : 28).

Karena itu, Allah berpesan dengan firmanNya yang artinya :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi (QS. Al Munafiqin [63] : 9). 

Jika ini tidak diindahkan, maka mereka akan menjadi musuh, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al Taghabun [64] : 14, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Permusuhan tersebut, paling tidak, terjadi di hari kemudian. Pada hari (itu) harta dan anak-anak kandung laki-laki (atau perempuan) tidak berguna (QS. Al Syu'ara [2] : 88), bahkan karib kerabat dan auladukum (anak-anak kandung atau bukan) sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada hari kiamat. Dan akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kanu kerjakan. (QS. Al Mumtahanah [60] : 3).

Pada umumnya, sampai usia lima belas tahun, atau sebelum dewasa, anak masih sangat sulit menentukan pilihan, khususnya dalam persoalan-persoalan pelik. Juga, sepanjang masa itu, ia sangat peka, sehingga pembentukan kepribadian dan kemampuan dasarnya amat ditentukan oleh pendidikan dan perlakuan orang tua dan lingkunganya. Amat banyak kompleks kejiwaan dan perilaku orang dewasa yang diwarnai dan diarahkan oleh pengalaman-pengalaman yang dialami pada usia muda. Renggutan kasar seorang pengasuh dapat berbekas dan mengeruhkan jiwa anak, sampai akhirnya dia tumbuh berkembang mengidap rasa rendah diri. "Ini dapat dibersihkan oleh air, tetapi apa yang dapat membersihkan kekeruhan hati anak dari renggutan yang kasar?" Demikian Nabi SAW menegur seorang wanita yang menarik dengan kasar anaknya yang pipis ketika beliau gendong.

Di sisi lain, tidak jarang orangtua, terdorong oleh keinginanya yang menggebu menuntut dari anak cara kehidupan beragama atau tingkat dan jenis pengetahuan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan fisik, serta perkembangan jiwa dan nalarnya. Sikap orang tua semacam ini bukanlah hal yang sejalan dengan tuntutan agama. Pada prinsipnya Allah tidak membebani seseorang, dewasa atau anak-anak, melebihi kemampuanya (QS. Al Baqarah [2] : 286).

Dari sinilah pentingnya memberikan perlindungan kepada anak, bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari keluarga sendiri, bahkan orangtua yang tidak mengerti atau yang yang ingin mendapat keuntungan cepat. "Allah merahmati orang tua yang membantu anaknya berbakti kepadanya, " demikian sabda Nabi SAW. Ketika beliau ditanya, " Bagaimana ia membantunya?" Beliau menjawab, "Menerima yang sedikit dari mereka, tidak memaksanya, tidak menghina dan tidak pula memakinya."
Perlu juga dicatat bahwa kesalehan anak dapat berdampak positif kepada anak. Bacalah kisah Nabi Musa as bersama hamba Allah yang mengajarnya sebagian dari ilmu ilahi.

Adapun dinding rumah itu (yang mereka bangun, walau penduduknya enggan memberi makan), adalah kepunyaan dua orang yatim piatu di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu, dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanmu sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. 
(QS. Al Khafi [18] : 82).

Karena itu, orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan  anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan  apa yang dikerjakan 
(QS. Al Thur [52] : 21).

Salah satu wasiat Allah kepada orang tua adalah memberi warisan kepada anak-anak sesuatu dengan ketetapan Allah Swt. (QS.An Nisa [4] : 11). Di sisi lain, Allah melarang pemilik harta memberi wasiat melebihi sepertiga harta, mengingat bahwa anak keturunanya boleh jadi dirugikan oleh wasiat yang jumlahnya melebihi kewajaran itu, lebih-lebih Al Quran mewanti-wanti agar tidak meninggalkan anak keturunan yang lemah, termasuk lemah dalam materi.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. An Nisa [4] : 9).

Berbahagialah mereka yang meninggalkan anak yang shaleh lagi kuat kepribadian, ilmu yang tinggi dan banyak harta. Ini adalah cara melestarikan amal, sesuai dengan sabda Nabi SAW, " Jika putra putri adam meninggal dunia, terputus amalnya kecuali dari tiga jenis amal, sedekah yang berkesinambung, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa untuknya."

(Sumber: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Illahi, Mizan, 2002)




 
loading...
 
Support : About | Site Map | Privacy Policy | Disclaimer | Contact Us |
Copyright © 2013. artikelislamiku.blogspot.com - All Rights Reserved
Di Design Ulang Oleh I Template Blog Published by I Template Blog
Proudly powered by Blogger