July 2013

Asmaul Husna : Allah Maha Suci (Al-Quddus)



Manusia mempunyai standar kesempurnaan. Namun, sesempurna apapun dalam pandangan manusia, pasti tidak menjangkau kesempurnaan Allah yang sesungguhnya.

Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa, penggenggam alam semesta. Betapapun Allah memiliki kesempurnaan dalam kekuasaan, namun Dia maha suci dari sifat kedzaliman, kerusakan dan kehinaan. Maha suci Allah yang tidak tersentuh dari sisi manapun kekurangan-Nya.

Al Quddus adalah salah satu asma Allah. Di dalam Al Qur'an, kata Al Quddus (maha suci), sering disejajarkan dengan kata Al Malik (Raja atau Penguasa). Misalkan dalam QS. Al Hasr [59] : 23 dan Al Jumuah [62] : 1. Dalam kamus bahasa arab, Al Quddus adalah yang suci murni atau yang penuh keberkatan. Dari sini muncul berbagai penafsiran dari kata Al Quddus, diantaranya terpuji dari segala macam kebajikannya.

Imam Al Ghazali mengatakan Allah sebagai Al Quddus adalah Dia yang tidak terjangkau oleh indera, tidak dapat dikhayalkan oleh imajinasi, dan tidak dapat diduga oleh lintasan nurani. Demikian sesempurna nya Allah swt. Dia tidak terkejar bentuk dan dzatNya oleh kekuatan indera. Indera kita terlalu lemah untuk menjangkau keagungan Allah yang menggenggam alam semesta ini.
Maha Suci Allah dari beranak dan diperanakkan. Bagi umat islam, Allah tidak diserupakan dan menyerupai apapun. Jadi, kalau ada yang mengganggap Allah itu menyerupai sesuatu, maka pendapat itu tidak bisa diterima.  Karena sesuatu itu pasti makhluk, dan setiap makhluk pasti ada kelemahanya. Apalagi menyerupakan Allah dengan manusia.

Maha Suci Allah secara dzat dan perbuatan-Nya. Tidak ada satu pun perbuatan Allah yang cacat atau gagal.  Mengatakan cacat atau gagal pada perbuatan Allah pun tidak layak. Allah tidak mungkin berbuat sesuatu yang gagal. Maha Suci Allah dari yang dianggap sempurna oleh makhluk. Manusia mempunyai standar kesempurnaan. Namun, sesempurna nya dalam pandangan manusia, pasti tidak menjangjau kesempurnan Allah yang sesungguhnya. Akal manusia terbatas. Ia hanya mengenal 26 abjad dan sepuluh angka. Bagaimana mungkin kita yang serba terbatas bisa menilai kesempurnaan Allah, dzat penggenggam langit dan bumi?

Hikmah yang bisa diambil dari sifat Al Quddus ini?

1. Pertama, kita bisa menikmati apapun ketetapan Allah tanpa prasangka buruk. Allah telah berjanji " Aku sesuai prasangka hamba-Ku". Berburuk sangka kepada Allah akan membawa malapetaka bagi kita. Kita harus tetap berbaik sangka, pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian. Maka, nikmatilah setiap kejadian sebagai sarana evaluasi diri. Yang terpenting, kejadian apapun yang menimpa harus mengubah kita menjadi lebih baik.

2. Kedua, siap dengan ketidaksempurnaan diri. Apa yang kita banggakan sebagai manusia bila tanpa iman? Kita serba kalah oleh binatang. Masuk ke air, ikan lebih lincah. Meski kita bisa menjadi pelari tercepat, masih lalah cepat dari kuda. Manusia pun masih kalah kuat dengan badak, kalah besar dari badak, kalah besar dari gajah. Hanya kekuatan imam lah yang membuat kita lebih tinggi dari makhluk apapun. Mari kita lebih tinggi dari makhluk apapun. Mari kita tutup pintu kesombongan diri dan bukalah lebar-lebar pintu ketawadhuan. Sebab, tiada lah orang yang rendah hati, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.

3. Ketiga, siap dengan kekurangan orang lain. Kita harus siap menghadapi kenyataan bahwa orang terdekat kita (khususnya pasangan hidup) tidak sempurna. Secara fisik mungkin mendekati kesempurnaan tapi akhlak tidak ada yang sempurna. Ada yang pemarah, pelit atau egois. Kita harus terlatih menghadapi orang-orang terdekat kita, baik pasangan hidup, orang tua, anak maupun pembantu di rumah. Kesiapan mental dari dalam menerima kekurangan dan keterbatasan orang lain, insya Allah akan membuat kita lebih bisa bersikap bijaksana. Orang yang stress dalam hidup adalah orang yang selalu ingin sempurna dalam segala hal. Ingin yang terbaik boleh, tapi ingin sempurna tidak ada. Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Memang kita harus melakukan perencanaan matang,  persiapan yang optimal, dan pelaksanaan yang hati-hati, tapi kita harus siap pula bahwa hasil yang dicapai tidak akan pernah sempurna.

Jadikanlah kekurangan orang lain sebagai ladang amal bagi kita. Kita harus siap menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan menyukai kita. Lebih baik terus konsisten memperbaiki diri dan berbuat yang terbaik. Allah yang akan mengatur hati setiap orang. Semua hati manusia ada dalam genggaman Allah. Inilah yang membuat kita harus selalu berbaik sangka pada-Nya dalam kondisi apapun. Wallahu a'alam bish-shawab.  

(Sumber : Management Qolbu/MQ)





 

Memuji Nabi Muhammad SAW Berlebihan



Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling mulia di muka bumi. Seorang rasul satu-satunya yang memiliki syafa'at agung pada hari kiamat. Orang yang pertama kali menbuka pintu surga. Seorang yang diakui ketinggian akhlaknya oleh para sahabat bahkan hingga oleh orang-orang yang memusuhinya. Seorang hamba yang karena keluhuran akhlaknya mendapat pujian langsung dari Allah swt dalam firman-Nya :

" Sesungguhnya engkau (ya muhammad) berada dalam budi pekerti yang agung." 
(QS. Al Qalam [68] : 4)

Meskipun demikian Nabi SAW melarang kita memujinya secara berlebihan. 

Beliau bersabda : "Jangan memujiku berlebihan sebagaimana orang-orang nasrani memuji berlebihan kepada Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba maka katakanlah, hamba Allah dan RasulNya" (HR. Bukhari).

Al-Ithira (memuji berlebihan) yang dilarang adalah memuji berlebihan dan melampaui batas hingga terjerumus pada yang haram, kebathilan, dusta dan syirik. Batas syirik inilah yang dilanggar oleh orang -orang nasrani hingga mereka mengatakan, Isa bin Maryam adalah Allah, atau putra Allah atau salah satu dari yang tiga". Nabi SAW melarang kita memujinya secara berlebihan bukanlah sikap merendah (tawadhu') nabi, tetapi suatu syariat yang menegaskan diharamkan nya al-ithra' itu, bahkan ditegaskan nabi dalam banyak kesempatan.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas ra bahwa seorang laki - laki berkata "wahai muhammad, wahai tuan kami, putra dari tuan kami, orang terbaik kami dan putra dari orang terbaik kami." maka serta merta nabi SAW menyangkal :

"Wahai manusia, berhati-hatilah dengan ucapan kalian,  dan jangan terperdaya oleh syetan. Saya adakah Muhammad bin Abdullah, hamba Allah dan Rasul Nya. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak menyukai kalian menyanjungku melebihi kedudukan yang telah diberikan Allah kepadaku. (HR.Ahmad)

Dalam kisah delegasi suku bani amir, dihadapan nabi SAW ada yang menyanjung :
"Di tengah-tengah kita ada nabi yang mengetahui apa yang (akan terjadi) besok. "Maka spontan nabi Saw mengingkari perkataan tersebut seraya bersabda : "Tinggalkanlah yang ini." (HR.Al Bukhari) 

Dalam riwayat ibnu majah ditambahkan : "Tidak ada yang mengetahui apa yang (akan terjadi) besok kecuali Allah."

Hal tersebut dapat menjerumuskan pada syirik ketika memuji nabi secara berlebihan.

Seperti yang dilakukan oleh seorang penyair yang nemuji nabi saw dalam syair ya rabbibil dengan mengatakan : "Wahai (nabi), makhluk yang paling mulia, kepada siapa aku berlindung, selain kepadamu, ketika terhadi bencana yang merata. "Juga mengatakan" sesungguhnya diantara kedermawananmu (wahai nabi) adalah dunia seisinya. Dan di antara ilmumu adalah ilmu lauhul mahfuzh dan al qalam (takdir).

Penyair tersebut menempatkan nabi SAW dalam kedudukan yang tak terjangkau akal sehat serta mengira bahwa nabi SAW mengetahui hal-hal gaib.

Padahal Allah berfirman :

"Katakanlah, tidak seorangpun di langit dan di bumi mengetahui yang gaib kecuali Allah." 
(QS. An Nahl  [16] : 65)

Sebaliknya generasi pertama seperti para sahabat, tabi'in dan para ahli ilmu, mereka adalah orang -orang yang sangat memuliakan nabi dan yang paling dalam kecintaan mereka kepada beliau. Tetapi meski demikian, mereka tidak pernah terjerumus kepada sanjungan yang berlebihan kepada nabi SAW. Sebagai contoh adalah pujian sahabat Hasan bin Tsabit kepada nabi SAW dalam syairnya "tidaklah orang-orang terdahulu kehilangan (seseorang) seperti kehilangan Muhammad, tidak pula akan ada yang kehilangan seperti kehilangan beliau hingga hari kiamat."

Sebagian orang mengira, al-ithira' (pujian berlebihan) yang dilarang nabi SAW adalah yang sampai pada derajat menuhankan beliau sebagaimana orang nasrani terhadap isa bin maryam, adapun selainya maka dibolehkan. Ini adakah pemahaman yang keliru. Pemahaman ini dibantah oleh sabda nabi SAW : "Maka katakanlah, hamba Allah dan RasulNya."

Allah berfirman :  


" katakanlah (wahai Muhammad), aku tidak bisa memiliki (mendatangkan) manfaat maupun mudharat untuk diriku kecuali jika dikehendaki oleh Allah.( QS. Al Araaf [7] : 144 ).

Allah berfirman :

 "katakanlah (wahai muhammad) sesungguhnya aku hanyalah adalah manusia biasa seperti kalian, yang diberikan wahyu kepadaku."( QS.Al Kahfi [18] : 110)

Larangan memuji berlebihan kepada nabi SAW adalah untuk menjaga umat islam agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa terbesar yaitu syirik. Sedangkan sarana termudah yang menjerumuskan orang kepada syirik adalah mengagung-agungkan orang-orang salih dari kalangan para nabi, wali dan ulama secara berlebihan. Baik dalam bentuk ucapan dengan memuji mereka secara berlebihan, atau dalam bentuk tindakan dan ini yang lebih banyak terjadi dengan berbagai macamnya. Dan paling umum terjadi adalah dengan mengagungkan kuburan mereka, membangunnya dan menjadikanya sebagai tempat ibadah. Inilah yang sangat dilarang oleh Nabi SAW sampai-sampai sebelum sakaratul maut, beliau menyatakan : "Semoga Allah melaknat orang-orang yahudi dan nasrani, mereka menjadikan kuburan para nabinya sebagai tempat ibadah. Aisyah berkata : "Beliau memperingatkan dari perbuatan mereka." (HR. Muslim).

(Sumber : An Nur)





 

Orang-orang yang dimurkai atau diazab



Ada orang-orang yang dimurkai Allah ada pula yang akan diazab karena perbuatan-perbuatan maksiatnya. Berikut ini beberapa golongan orang-orang yang perbuatanya mengakibatkan murka Allah ataupun diturunkanya azab atau amalnya tidak diterima.

Dalam sejarah nabi-nabi ada kaum-kaum atau masyarakat yang mendatangkan murka Allah karena kekafiran mereka, mendustakan agama yang dibawa oleh nabi yang diutus untuk memberi petunjuk kepada mereka, karena sombong, zalim, dan sebagainya.

1. Kaum Tsamud dihancurkan dengan petir, dan kaum 'ad duhancurkan dengan angin dingin sangat kencang. (QS. Al-haqqah [69] : 4-8)

2. Iblis dilaknat oleh Allah dan dikeluarkan dari surga karena tidak mau  mengikuti perintah Allah untuk bersujud kepada Adam as. (QS. Al-hijr [15] : 34-35)

3. Kaum nabi Nuh as diazab dengan air bah /banjir yang menenggelamkan karena kekafiran mereka, hingga anak nabi nuh as sendiripun tenggelam karena termasuk kafir.(QS.Hud [11] : 41-43)

4. Kaum nabi Hud as mendustakan nabinya, maka mereka dibinasakan oleh Allah QS. As syu'ara' [26] : 139 )

5. Kaum nabi shaleh yang angkuh, kafir, dan menyembelih unta yang tidak boleh diganggu, maka diazab dengan gempa yang dahsyat. (QS. Al-araaf [7] : 77-78)

6. Kaun nabi Luth as yang kafir termasuk istrinya dan mereka yang homoseks diazab Allah dengan buminya dibalik, serta dihujani batu panas (QS. Huud [11] : 82-83)

7. Fir'aun dan wadyabalanya yang kafir telah diberi bala' berupa taufan, belalang, kutu, kodok, dan darah ; kemudian minta agar dimohonkan oleh nabi Musa as untuk dilepaskan oleh Allah swt azab itu. Setelah dilepaskan oleh Allah swt azab nya lalu mereka kafir lagi, maka Allah tenggelamkan mereka di laut. (QS. Al Araaf [7] : 133-136)

8. Kerusakan didarat dan dilaut akibat perbuatan tangan-tangan manusia. (QS. Ar Ruum [30] : 41)

9. Kaum Nabi Syuaib di Madyan diazab dengan gempa hingga jadi mayat-mayat yang bergelimpangan karena kekafiran mereka dan curang dalam menakar dan menimbang (QS. Al Araaf [85] : 93)

10. Qarun yang kaya raya lagi sombong dan berbuat aniaya maka diazab Allah dengan dibenamkan ke bumi beserta harta bendanya. (QS. Al Qashash [28] : 76-82)

Siksaan, azab, bala' dan murka Allah terhadap umat muslim pun akan terjadi apabila manusia muslim itu telah melakukan kemaksiatan yang nyata. Apabila kemaksiatan dibiarkan, maka azab Allah akan menimpa kepada seluruhnya. Termasuk pula orang-orang baik, walaupun nantinya diakherat mendapat ampunan dan keridhaan Allah swt. Namun bala' yang menimpa di dunia akan mengenai kesemuanya.

"Jika maksiat-maksiat telah merajalela di dalam umatku maka Allah meratakan azab dari sisi-Nya kepada mereka. Lalu aku (Ummu Salamah istri nabi SAW) bertanya: wahai rasulullah, apakah pada hari itu tidak ada (lagi) orang-orang shaleh/baik? Beliau menjawab : masih ada,  lalu bagaimana mereka berbuat? Beliau menjawab :  mereka ditimpa musibah-musibah yang menimpa para manusia, kemudian mereka akan mendapatkan ampunan dan keridhoan Allah (HR. Ahmad)

Semoga kita mampu menghindari segala perbuatan maksiat dan tidak membiarkan kemaksiatan.  Semoga kita kembali kepada agama Allah secara konsekwen dan istiqomah, sehingga murka Allah dan siksa-Nya akan dicabut dan tidak menimpa kita. Aamin

(Sumber : An Nur)




 

Pentingnya memahami sejarah nabi



Salah satu keharusan sebagai manusia adalah mempelajari sejarah, baik yang terkait dengan pribadi seseorang, kelompok masyarakat maupun bangsa dan peradaban manusia itu sendiri. Mempelajari sejarah ini punya arti penting bagi kita, karena dengan demikian kita tidak hanya menjadi tahu tentang perjalanan hidup manusia, tetapi juga dapat mengambil pelajaran dari orang lain atau generasi terdahulu sehingga yang baik kita tiru dan yang buruk kita jauhi. Disamping itu, orang yang memiliki kesadaran sejarah akan menperoleh pengaruh yang positif dalam menyikapi kenikmatan/keberhasilan dan kesengsaraan/penderitaan. Orang yang memiliki kesadaran sejarah tidak akan merasa paling baik, paling benar, apalagi sebagai satu-satunya orang yang benar, karena dia tahu bahwa dahulu juga ada orang yang lebih baik atau lebih benar dari dirinya, sedang kalau mengalami hal-hal yang merugikan atau yang tidak baik atau lebih benar dari dirinya, sedang kalau mengalami hal-hal yang merugikan atau yang tidak menyenangkan tidak akan merasa sebagai orang yang paling menderita.

Salah satu contoh orang yang memiliki kesadaran sejarah adalah nabi Ismail as yang tidak merasa sebagai orang yang paling sabar atau satu-satunya orang yang sabar dengan keberhasilanya melewati ujian penyembelihan yang dilakukan ayahnya nabi Ibrahim as, tapi yang dikatakannya adalah insya Allah dirinya termasuk kedalam kelompok orang yang sabar karena dia tahu bahwa dahulu sudah ada orang yang sabar, Allah befirman :

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama ibrahim, ibrahim berkata : "hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah, apa pendapatmu?. Ia menjawab : "hai bapakku, kerjakanlah apa yang Allah perintah kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. [37] : 102)

Karena mempelajari sejarah itu amat penting, maka AlQur'an juga mengungkap tentang sejarah dan Rasulullah SAW harus memiliki kesadaran bersejarah agar bisa meneladani yang baik dari generasi terdahulu sehingga Rasulullah juga harus mempelajarinya, misalnya saja Allah swt berfirman : 

"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia" (QS. [60] : 4)

Manfaat memahami sejarah
Dalam konteks diri kita sebagai umat nabi Muhammad saw, maka setiap kita tentu saja harus mengenal ini bukanlah sekedar mempelajarinya secara kronologis dari sebelum lahir hingga wafatnya, tetapi juga harus mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi, inilah hakikatnya menahami sejarah nabi (sirah nabawiyah). Sekurang-kurangnya, ada tiga manfaat yang kita peroleh dari memahami sejarah nabi.

1. Memahami pribadi rasul sebagai teladan
Allah swt telah menyatakan bahwa rasulullah saw merupakan sebagai teladan yang baik bagi seorang muslim sebagaimana firman-Nya :

"Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik (yaitu) bagi oran yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah"(QS. [33] : 21)

Dengan memahami pribadi rasulullah saw dari sirah nabawiyah, akan kita rasakan betapa ada kesenjangan yang sangat jauh antara pribadi kita dengan beliau, dan karena itu kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendekati kepribadianya yang agung. Keteladanan ini bisa kita dapatkan dalam aspek kehidupan, baik dalam kaitan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun bangsa, bahkan kita dapati keteladanan dalam dakwah dan perjuangan menegakkan kebenaran ajaran islam itu sendiri.

2. Menbantu kearah pemahaman terhadap Al Qur'an
Mempelajari sirah nabawiyah juga akan membuat kita terbantu dalam memahami Al Qur'an dan ajaran islam secara utuh, hal ini karena begitu banyak ayat Al Quran atau ajaran islam lainya yang harus kita pahami dari ucapan, perbuatan dari sikap rasulullah saw. Karena itu salah satu sumber pemahaman terhadap ajaran islam adalah hadits-hadits nabi Muhammad saw.

3. Mendapatkan gambar tentang prinsip hidup dan hukum islam
Dari sirah nabawiyah, kira juga akan mendapatkan prinsip-prinsip hidup dan bagaimana kita harus menjalankan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Dalam kehidupan seorang muslim, diantara prinsip hidup yang harus lekat pada dirinya adalah taat kepada Allah. Karena itu meskipun hukum Allah yang harus dijalankan itu terasa berat, tetap saja harus dijalankan itu terasa berat, tetap saja harus ditaati. Inilah diantara prinsip hidup yang kita mempelajari sirah nabawiyah.

Menyadari betapa pentingnya memahami sirah nabawiyah, maka kaji dan pelajari lebih lanjut melalui sumbernya yaitu Al Quran yang merupakan gambaran akhlak nabi dan hadist-hadist yang merupakan gambaran kehidupan nabi sehari-hari, membaca literatur tentang kisah-kisah para sahabat, karena mereka adalah orang yang meneladani nabi pada masanya dan mengkaji secara langsung.

Download Sahih Sirah Nabawiyah   Klik Disini

(Sumber : Al Madani)




 
loading...
 
Support : About | Site Map | Privacy Policy | Disclaimer | Contact Us |
Copyright © 2013. artikelislamiku.blogspot.com - All Rights Reserved
Di Design Ulang Oleh I Template Blog Published by I Template Blog
Proudly powered by Blogger