May 2013

Penyakit Hati



Tubuh manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dam rohani. Di dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa hati adalah sebagai unsur rohani yang perlu kita jaga agar tidak merusak amalan kita.

Rasulullah saw bersabda,
"Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati".(HR. Bukhari No 55)

Beberapa penyakit hati yang perlu kita hindari antara lain :

1. Sifat Iri
Iri artinya tidak senang apabila orang lain memperoleh nikmat seperti perasaan tidak senang terhadap apa saja yang dimiliki orang lain dan merasa bahwa yang berhak memliki segala sesuatu itu hanyalah dirinya. Biasanya sifat ini disertai dengan sifat dengki. Iri sering membuat manusia tidak dapat berfikir dengan baik. Sifat iri muncul karena kurangnya percaya diri seseorang dan juga adanya rasa sombong serta rendah budi. Orang yang tidak beriman mengira bahwa Allah itu akan memberi kenikmatan pada setiap orang yang Allah kehendaki. Maka setiap kali ada orang yang mendapatkan kenikmatan, muncul rasa iri dalam hatinya " Mengapa tidak saya, bukankah seharusnya saya yang mendapatkan semua itu?".

Sabda Rasulullah saw :
"Janganlah kamu sekalian saling benci-membenci (iri), saling hasut-menghasut, saling belakang-membelakangi, dan saling putus-memutuskan tali persahabatan; tetapi jadilah kamu sekalian itu hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim tidak diperbolehkan mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari."(Muttafaqun 'alaih)

2. Sifat Dengki
Dengki adalah berusaha menghilangkan nikmat yang diperoleh oleh seseorang dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir, bahkan kalau perlu akan berpindah kepada dirinya. Hal ini dapat menimbulkan sifat serakah, rakus dan zalim. Maksudnya dia akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginanya, bahkan akan berbuat zalim terhadap sesamanya yang mendapatkan kenikmatan agar cepat berpindah kepadanya.

Sabda Rasulullah saw : "Menimpa kepadamu suatu penyakit yang menimpa umat-umat sebelum kamu, yaitu dengki dan benci. Penyakit itu merusak rasa keagamaan seseorang. Tidak seperti  (pisau) mencukur rambut." (HR. Ahmad dan Turmuzi)

3. Sifat Hasud
Hasud adalah suka mengadu domba terhadap sesama. Merasa tidak senang jika melihat orang lain hidup aman dan tentram, sehingga ia berusaha untuk menghasut dan mengadu domba antara orang yang satu dengan yang lain. Perbuatan ini dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan serta persaudaraan. Orang yang bersaudara atau bertentangga baik dapat bertengkar dan terpecah belah bila termakan hasutan. Sehingga putuslah persaudaraan mereka.

Sabda Rasulullah saw : "Jagalah dirimu dari sifat iri (hasud) karena iri itu dapat memakan (menghabiskan) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud)

4. Sifat Fitnah
fitnah artinya menyiarkan rahasia (aib) seseorang kepada orang lain padahal orang itu tidak pernah melakukanya. Fitnah dapat menimbulkan akibat yang fatal seperti dapat menjadikan seseorang menderita seumur hidup atau dikucilkan oleh masyarakat.
Firman Allah swt :

"........fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan....."(QS. Al-Baqarah [2] : 217)

"Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah [2] : 193).

Rasulullah saw bersabda : "Seorang ahli fitnah tidak akan masuk surga". (HR. Bukhari)

5. Sifat Buruk Sangka (Su'uzan)
Buruk sangka adalah sifat yang cenderung menduga orang lain melakukan perbuatan yang tidak baik tanpa ada bukti-bukti yang nyata dan kebenaran. Sifat ini akan menjadikan seseorang selaku curiga pada orang lain dan merasa bahwa dirinya saja yang paling baik, lebih mulia, dan lebih segala-galanya bila dibandingkan dengan orang lain. Sehingga sulit mempercayai orang lain. Buruk sangka menimbulkan pertengkaran dan percekcokan sebab orang yang selalu di curigai atau dihina dan diremehkan kehormatanya. Padahal setiap orang senantiasa akan mempertahankan harga diri, kehormatan serta nama baiknya.
Firman Allah swt:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlahkamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat [49] : 12)

Rasulullah bersabda : "Hati-hatilah kamu terhadap prasangka, karena sesungguhnya prasangka itu paling dustanya perkataan." (HR. Muslim)

6. Sifat Khianat
Khianat artinya tidak menepati janji atau menyia-nyiakan kepercayaan orang. Tidak ada rasa tanggungjawab terhadap apa yang telah ia janjikan kepada orang lain. Khianat adalah sifat yang harus dihindari karena cenderung mengarah kepada nifaq yang dapat mengikis habis iman.
Firman Allah swt:

"Hai orang-orang beriman , janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menghianati amanant-amanat yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar" (QS. Al-Anfal [8] : 27-28)

Rasulullah saw bersabda : "Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempertaruhkan kepada engkau dan janganlah engkau mengkhianati." (HR. Ashabus Sunan).

7. Sifat Riya'
Perbuatan yang dikerjakan karena ingin dilihat dan mendapat pujian dari manusia.

8. Sifat Sombong
Kesombongan adalah ketika kita menolak kebenaran dan tatkala kita mulai meremehkan orang lain. Kesombongan adalah ketika merasa diri lebih baik, lebih mulia daripada orang lain sehingga kita tidak mau lagi mendengar nasehat dari orang lain.

Rasullulah saw bersabda :

"Sesungguhnya tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya kesombongan sebesar zarah pun".

Seorang laki-laki bertanya, " Bagaimana dengan seseorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?". Beliau menjawab, " Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim). 

9. Sifat Kikir
Kikir adalah sifat pelit karena ketamakan, egoisme dan takut hartanya akan berkurang dan habis sehingga dapat melalaikannya dari berbagi dan memberi karena kurangnya rasa belas kasihan dan kemanusian terhadap sekitarnya.

Rasulullah saw bersabda :
"Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan kikir, karena sifat kikir telah menyesatkan orang-orang sebelum kalian. Mereka menghalalkan barang yang telah di haramkan, mengalirkan darah dan memutuskan hubungan silahturahmi karena terdorong oleh sifat-sifat kikir mereka" (HR. Ahmad).

(Berbagai sumber)





 

Kriteria diterimanya suatu amal



Firman Allah swt :

"Katakanlah: Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? yaitu orang-orangyang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Khafi [18] : 103-104)

Maka perlu dipahami dua syarat diterimanya suatu amalan di sisi Allah, yaitu : 

1. Ikhlas, ini merupakan syarat batin
Ikhlas adalah engkau tidak mencari seorangpun sebagai saksi atas amalmu selain Allah dan tidak memberikan balasan atas amal tersebut selain Dia.

Ketika Rasulullah saw ditanya tentang berperangnya seorang laki-laki dengan niat untuk mencari pahala dari Allah dan juga agar dikenang oleh manusia, beliau menjawab : dia tidak memperoleh apa-apa. Kemudian Rasulullah saw ditanya sampai tiga kali dan tetap jawaban Rasulullah saw seperti semula, lalu ia bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla tidak menerima suatu amal kecuali dari orang yang ikhlas dan hanya mengharap wajah-Nya. (HR An Nasai No, 56).

Ikhlas adalah penunggalan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt bersih dari segala kotoran syirik.

2. Mengikuti tuntunan Rasulullah
Allah menjadikan ketaatan kepada kepada Rasul itu bagian dari kencintaan kepada-Nya.
Firman Allah swt :

"Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihimu." (QS Ali Imran [3] : 31)

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarang bagimu, maka tinggalkanlah" (QS. Al Hassyr [59] : 7)

Tidak diterima suatu perkataan kecuali dengan perbuatan, dan tidak akan tegak perkataan, perbuatan dan niat itu kecuali sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
Rasulullah saw bersabda :
"Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada kepadanya perintahnya dari kami maka amalan itu tertolak" (HR. Muslim).

Semoga kita termasuk di dalam golongan orang yang ikhlas dan senantiasa mengikuti ajaran Rasulullah tanpa menambahi dan menguranginya. Amiin. 

(Sumber : An-Nur)




 

Syahidah pertama dalam islam, Sumayyah binti Khayyath



Sumayyah binti Khayyath adalah seorang sosok seorang mukminah yang memiliki harga diri (izzah) yang tinggi dan memiliki keikhlasan yang luarbiasa. Bersama suaminya Yasir dan anaknya Amar, beliau mentauladankan sebuah potret keluarga muslim yang sempurna. Merekalah keluarga yang pertama kali secara total menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan dengan kesabarannya mereka mendapat jaminan surga dari Rasulullah saw dengan katanya," Bersabarlah, wahai keluarga Yasir! Bersabarlah wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya tempat tinggal yang di janjikan kalian adalah surga."

Menurut kebiasaan bangsa Arab pada masa jahiliyah, setiap orang asing (pendatang) atau orang yang tertindas di suatu negara yang ingin masuk Mekah, harus menjalin perjanjian dengan tokoh masyarakat untuk meminta perlindungan dan jaminan keamanan. Demikian pula yang dilakukan Yasir. Yasir adalah pendatang dan pengungsi  dari Shan'a (Yaman) ke Mekah (umul Qura). Untuk memasuki kota Mekah, ia harus mengadakan perjanjian dengan Abu Hudzaifah bin Mughirah Al Makhzumi dan siap menjadi pelayan keluarganya, meskipun Abu Hudzaifah tergolong seorang yang miskin di tengah keluarga dan masyarakatnya.

Pada hari-hari pertamanya di kota Mekah, Yasir menjalani kehidupannya dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan. Ia berusaha menyingkirkan semua beban  kesulitan dan kegelisahan masa membujang. Ia menjalankan semua tugas dari majikanya dengan penuh keikhlasan dan amanah. Di rumah Abu Hudzaifah, tinggal juga seorang budak perempuan yang bernama Summayyah binti Khayyath. Ia memiliki keikhlasan dan semangat bekerja yang luar biasa. Ia juga selalu berusaha menjauhkan diri dari masyarakat yang mempunyai kebiasaan melakukan perbuatan-perbuatan jahiliyah.

Di awal menjadi budak. Hal itu sempat menyebabkan jiwanya goncang dan berontak. Namun ia menyadari bahwa lolos dan selamat dari suratan nasibnya adalah suatu yang tidak mungkin. Dan, ia harus menjalani kehidupan yang menurunkan martabat kemanusiaanya itu. Akhirnya, jiwanya dapat kembali melihat realita kehidupan ini meski dengan penuh kekesalan dan penyesalan.

Sewaktu jiwanya resah seperti itu, ia dapati seorang budak laki-laki. Yasir bin Ammir bin Malik mengalami nasib serupa dengannya. Kesamaaan nasib mempertemukan Yasir dan Summayyah. Kondisi ini yang menyatukan perasaan dan hati mereka sehingga tumbuh cinta dan belas kasihan yang besar. Yasir pun menyampaikan keinginannya untuk menikahi Summayyah kepada majikanya kemudian Abu Hudzaifah pun memenuhi permintaanya.

Akhirnya, Yasir membangun kehidupan berumah tangga bersama Summayyah dan dikaruniai seorang anak bernama Ammar bin Yasir. Ammar tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas. Ia belajar dari setiap perjalanan hidup orang tuanya. Ia menyadari kebodohan orang tuanya sehingga mereka tertindas oleh penderitaan seperti itu. Di saat itulah Ammar ingin mengetahui lebih jauh tentang kenabian Al Amin Muhammad saw melalui dakwah yang disampaikan yaitu dakwah yang menyeru pada keadilan, persamaan dan kebebasan. Islam menyerukan kepada manusia untuk menanggalkan semua bentuk penyembahan berhala dan beriman kepada Allah swt, yang Maha tunggal, Dzat yang kepada-Nya bergantung semua makhluk, yang menciptakan langit dan bumi, dan mencipta segala sesuatu.

Amar selalu merindukan pertemuan dengan Rasullulah saw. Ammar turut serta berkumpul bersama para pengikut Rasullulah saw secara sembunyi-sembunyi pada malam hari di rumah Aqram untuk mendengarkan dakwah Rasullullah saw. Sesampainya di rumah Ammar pun bercerita tentang pertemuanya dengan Rasullulah saw yang mulia Ammar mengajak kedua orang tuanya untuk beriman, kemudian Ammar berusaha untuk mempertemukan kedua orang tuanya dengan Rasullulah saw untuk menyatakan keislaman mereka di hadapan beliau dan menyatakan kesaksian mereka akan keesaan Allah serta kerasulan Muhammad.Summayyah dan Yasir membenarkan ajaran yang di yakini anaknya. Hati mereka telah mantap mengikuti jejak anaknya, terlebih setelah mereka bertemu langsung dengan Muhammad saw.

Beberapa hari setelah keimanannya itu, keluarga Yasir menyembunyikan keislamanya. Mereka merahasiakan pertemuan-pertemuannya dengan Rasullulah. Namun, rahasia keislamanya itu tak lama kemudian terungkap. Keluarga Sumayyah menyatakan diri sebagai pengikut Muhammad bin Abdullah dan mereka melepaskan diri dari agama nenek moyang. Mereka mengingkari Tuhan Lata, Uzza dan Mannah. Berita ini tercium bani Makhzum, yaitu kaum Abu Hudzaifah. Dan Abu Hudzaifah memanggil mereka serta mengintrogasi mereka tentang kebenaran berita itu. Mereka tidak bisa menyembunyikan keimanan mereka, bahkan mereka menyatakan keislamannya secara terang-terangan di hadapan Abu Hudzaifah. Kaum Abu Hudzaifah memaksa mereka untuk mendustakan dan meninggalkan Muhammad dengan ancaman siksaan yang berat. Namun, ancaman tersebut sama sekali tidak membut hati mereka takut dan tunduk pada orang-orang sesat itu.

Mereka disiksa dengan siksaan yang mengerikan. Mereka dijemur di terik panas matahari dan diletakan di tanah pasir yang amat panas di pinggir kota mekah. mereka diikat dengan rantai. mereka di belenggu dengan besi besar tanpa mendapat makanan dan minuman. Mereka ditahan di sebuah bangunan kecil yang gelap gulita dan lembab. Namun siksaan itu tidak membuat hati mereka goyah. Mereka saling berpandangan dengan penuh kasih sayang. Kedua matanya mengucurkan air mata yang memancarkan kasih sayang dan belas kasihan. Mereka senantiasa saling menenangkan, memberi kekuatan dan tidak merasa takut dalam memperjuangkan agama Allah. Ternyata penjara, belenggu dan kelaparan tidak berhasil menggoyahkan keimanan mereka.

Mulailah orang-orang zalim dan kafir itu bermusyawarah untuk merencanakan penyiksaan yang lebih dahsyat untuk mereka. Dengan disaksikan oleh tokoh masyarakat, Keluarga yasir di bawa ke lokasi yang panas sekali yang ada di kota Mekah. Sesampainya di sana mereka diikat di tiang-tiang yang dipasang di wc umum, di jemur dibawah terik matahari yang sangat panas, dan di siksa dengan pukulan dan cambukan. Punggung mereka dicambuki hingga memerah darah. Kezaliman dan penyiksaan itu semakin  bertubi-tubi ke seluruh badan mereka. Orang-orang kafir laknat itu tertawa terbahak-bahak seperti teriakan setan. Tiada sedikitpun rasa kasih sayang atau suara belas kasihan dari lubuk hati mereka. Hati mereka telah mati dan tertutup kesombongan.

Di depan tiga jasad itu, para sahabat meneteskan air mata. Rasa haru dan belas kasihan menyeruak di dada mereka. Namun, tidak ada yang bisa dilakukan. hanya doa selalu terlantun dari lisan-lisan mereka. Begitu pula dengan Rasullulah SAW yang keluar menuju tempat penyiksaan, Beliau tidak mampu membela dan melindungi mereka, selain hanya berdoa kepada Allah agar ereka di beri keteguhan hati dalam mempertahankan keislamanya. Beliau menghampiri mereka. Pancaran wajah beliau mengalirkan sinar keimanan dan cahaya keyakinan yang begitu deras ke dalam hati dan ruh mereka sehingga mereka dapat melupakan rasa sakit yang mereka rasakan."Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Sesungguhnya tempat tinggal yang di janjikan kalian adalah surga". Kata- kata  Rasullulah itu meneduhkan dan menyejukan hati mereka.

Abu Jahal dan komplotannya menyiapkan kembali berbagai bentuk siksaan yang dahsyat. Sikap terhadap keluarga Yasir pun di tegaskan kembali. Mati atau kembali ke tuhan mereka. Abu Jahal meminta Sumayyah untuk mencaci-maki Tuhannya dan Muhammad serta melepaskan diri darinya dengan iming-iming kebebasan dan jaminan keselamatan. Sumaiyyah dengan keberanianya meludahi wajah Abu Jahal. Ia berani mencacinya dan menyatakan tidak akan kembali kepada kesyirikan. Hilanglah kesabaran Abu Jahal. Emosi dan kemarahannya memuncak sehingga di tusuklah Sumayyah dengan tombak. Jiwa Sumayyah pun melayang di sisi Allah swt, seperti lisanya yang terus menyebut" Allah....Allah". Begitu pula dengan Yasir, ia menemui ajalnya di tangan para ditaktor dan algojo. Kini tinggallah Ammar. Ia dibiarkan hidup oleh orang-orang kafir penyiksa itu dengan sengaja dibeberkan didepan mata kepalanya kematian, kehancuran dan kesewenang-wenangan dan kezaliman atas kedua orang tuanya.

saat itulah turun firman Allah : " ........kecuali orang yang dipaksakan, sehingga hatinya mantap kepada keimanan."

Dengan turunya ayat tersebut, maka Ammar pun terbebas dengan mentaati perintah algojo untuk mencaci tuhan dan Muhammad serta berlepas diri dari keduanya. Setelah di bebaskan dari penyiksaan, segera ia menemui Rasulullah saw. Ia berjalan dengan wajah berlumuran darah, pakaian compang-camping, badan penuh luka yang mengalir darah. sesampainya di rumah Rasulullah saw, Ammar duduk berbaring di sisi beliau sambil menangis dan meratap. Bukan karena duka cita atas kematian orang tuanya, juga bukan karena rasa sakit yang dideritanya, tetapi karena ia telah mengingkari Allah dan Rasul-Nya di hadapan orang-orang kafir itu. Nabi Muhammad saw mengusap air mata Ammar berkali-kali dan mengusap kepalanya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Bagaimana hatimu, Ammar?"
"Saya masih mantap beriman kepada Allah dan rasul-Nya"
setelah itu Rasullulah saw mendoakannya agar ia selalu mendapat kebaikan dan di dekatkan disisi-Nya.dengan keadaan selamat. Wallahu a'lam bish-shawab




 

Keteladanan Nabi Ibrahim as



Dalam lintasan sejarah kenabian, nama Nabi Ibrahim as, merupakan nama yang sudah tidak asing lagi bagi islam. Selain dikenal sebagai salah seorang rasul uzul azmi (yang memiliki keteguhan), beliau juga sering di sebut sebagai khalilullah ( kekasih Allah) dan Abul Anbiya' (bapaknya para nabi).

1. Kritis terhadap lingkungan

Nabi Ibrahim as di lahirkan di lingkungan penyembah berhala, termasuk bapaknya sendiri, Aazar, namun ternyata lingkungan tidak memberi pengaruh terhadap dirinya. Hal ini dikarenakan sikap kritis yang beliau miliki. Suatu ketika beliau bertanya kepada bapaknya tentang penyembahan berhala ini. Sebagaimana dalam firman Allah:

"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai ilah-ilah, Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al-An'am [6] : 74)

Demikianlah kesesatan tetaplah beliau katakan sebagai kesesatan meskipun itu dihadapan ayahnya sendiri, sehingga dalam riwayat lain beliau akhirnya diusir oleh sang ayah. Sikap Nabi Ibrahim tidaklah berhenti disini, namun dilanjutkan dengan mencari siapakah sesembahan (ilah) yang sebenarnya. Tatkala ia melihat bintang ia katakan "Inilah Tuhanku", namun ketika bintang itu tenggelam ia berkata : " Saya tidak suka yang tenggelam"' demikian juga ketika melihat bulan dan matahari sama seperti itu. Akhirnya karena merasa bahwa benda-benda di alam ini tak ada yang pantas untuk disembah maka ia berkata, sebagaimana dalam firman Allah, yang artinya : " Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan".

Kisah ini membuktikan bahwa hanya dengan mengikuti akal sehat dan hati nurani saja (fitrah) ternyata beliau mampu menjadi muslim yang miwahid (lurus tauhidnya) meski lingkungan yang tidak mendukung. Dan menunjukan bahwa fitrah manusia pada dasarnya adalah bertauhid.

2. Cerdas, diplomatis dan pemberani

Hal ini dibuktikan ketika beliau berhadapan dengan penguasa musyrik saat itu yang bernama Namrudz, raja Babilonia. Firman Allah, artinya 

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabbnya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Rabbku ialah yang menghidupkan dan mematikan".Orang itu berkata:" Saya dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata : "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."(QS. Al-Baqarah [2] : 258).

Dalam tafsir disebutkan bahwa yang dimaksud dengan orang yang diberi kekuasaan adalah Namrudz, kemudian arti ucapannya: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan" ialah membiarkan hidup seseorang dan membunuh yang lainya.

Sadar menghadapi orang yang mempunyai kekuasaan yang bertindak apa saja semaunya maka Nabi Ibrahim as lalu menyampaikan hujjah yang sekiranya membuatnya diam, yakni disuruh ia menerbitkan matahari dari barat, jika memang bisa dan punya kekuasaan.

Kecerdasan Nabi Ibrahim as juga tertuang dalam kisah lainya yakni tatkala ia menghancurkan berhala-berhala para musyrikin ia sisakan satu berhala yang terbesar. Hal ini tentunya bukan dengan tanpa tujuan. Ketika dalam persidangan iapun ditanya tentang siapa yang menghancurkan berhala-berhala itu. Nabi Ibrahim as menjawab : "Tanyakan saja kepada berhala yang paling besar yang belum rusak. Sebenarnya jika para musyrikin itu mau menggunakan akalnya mereka sudah tau dengan maksud perkataan Nabi Ibrahim as tersebut. Namun karena kebodohan mereka, merekapun balik mengumpat. " Bagaimana kami bertanya kepadanya, bukankah dia itu hanyalah patung benda mati?. Maka dijawab lagi oleh Nabi Ibrahim as dengan tegas : "Jika sudah tahu itu benda mati mengapa kalian sembah?".

Inilah bukti kecerdasan dan kehebatan beliau dalam berdiplomasi.

3. Memiliki Ketaatan yang luar biasa

Firman Allah :

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata : " Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!". Ia menjawab : "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS.Ash-Shaffat [37] : 102).

Perintah menyembelih anak bukanlah perintah sembarangan, namun demikian Nabi Ibrahim tetap saja mengerjakannya, walaupun akhirnya diganti oleh Allah dengan seekor domba. Jika bukan karena ketaatan yang luar biasa maka tentunya Nabi Ibrahim tak sangup untuk mengerjakannya, demikian pula dengan Nabi Ismail yang akan disembelih, beliau pun persis seperti ayahnya, pasrah (Islam) terhadap apa yang diwahyukan Allah. Pelajaran yang dapat diambil :
  • Seseorang tidak boleh melakukan kesyirikan/kebidahan hanya dengan alasan lingkungan, karena telah ada Al-Quran dan As Sunnah sebagai petunjuk
  • Seorang Dai dituntut memiliki sifat yang cerdas, kritis, peka terhadap lingkungan, bisa bertukar pendapat dengan baik dan pemberani.
  • Kecerdasan dan intelektualitas bukan penghalang bagi seseorang untuk berlaku taat kepada Allah. Bahkan akal harus tunduk kepada wahyu.
  • Tegas terhadap kemusyrikan dan kekafiran adalah sikap yang harus dimiliki oleh seorang muslim
Wallahu a'lam bish-shawab

(Sumber : An Nur) 





 

Keteladanan Nabi Yusuf as



Dari 25 Nabi yang wajib di ketahui, ada 6 Nabi yang diabadikan namanya menjadi nama surat dalam Al-Quran. Mereka adalah Nabi Yunus as (QS.10), Nabi Hud as (QS.11), Nabi Yusuf as (QS.12), Nabi Ibrahim (QS.14), Nabi Muhammad (QS:47), dan Nabi Nuh (QS.71).

Diantara keenam Nabi tersebut, juga seluruh Nabi hanya Nabi Yusuf saja yang kisahnya dibahas paling lengkap di dalam Al-Quran.Tidak seperti kisah Nabi yang lain, Allah menitikberatkan pada tantangan yang berat dari kaum mereka, yang diakhiri dengan kehancuran para penentangnya tersebut. tidak demikian dengan Nabi Yusuf, walau diawali dengan penderitaan, akhir kisah Nabi Yusuf as berakhir dengan kebahagiaan Allah swt menyebut kisah Yusuf sebagai ayat li al-saailiin atau "tanda-tanda bagi para pencari kebenaran".

"Sesungguhnya ada tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya" (QS. Yusuf [12] : 7)

Tanda-tanda seperti apa yang terkandung dalam kisah Nabi Yusuf as ini? Kesabaran. Inilah nilai yang sangat mendominasi kisah Nabi Yusuf. Demikian pentingnya kesabaran dalam islam sehingga kisah Nabi Yusuf as ini mendapat porsi yang cukup banyak dalam Al-Quran.
Secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti menahan (al-habs). Dari sini sabar dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridho Allah swt.

" Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya" (QS. Ar-R'ad [13] : 22)

Sabar adalah akhlaq yang paling mulia yang banyak disebut dalam Al-Quran. Lebih dari seratus kali Al-Quran menyebutkan kata sabar
Muhammad bin abdul Aziz Al-Khudhairi meungkapkan sabar selalu menjadi asas.

  1. Iffah (menjaga kesucian), bentuk kesabaran dalam menahan diri dari memperturutkan syahwat
  2. Qona'ah (merasa cukup dengan apa yang ada), sabar dengan mehahan diri dari angan-angan dan keserakahan.
  3. Hilm (Lemah lembut), kesabaran dalam menahan dan mengendalikan amarah
  4. Pemaaf, Kesabaran untuk tidak membahas kesalahan orang

Demikian pula dengan akhlak-akhlak mulia lainya. semua saling terkait. Faktor-faktor pengukuh agama semuanya bersumbu pada kesabaran, hanya nama dan jenisnya saja yang berbeda. Dari sini terlihat bahwa cakupan sabar sangat luas. Bahkan, sabar adalah setengah keimanan. Yang setengahnya lagi adalah syukur.

Secara umum sabar terbagi dalam tiga tingkatan :

1. Sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan, musibah, bencana atau kesusahan
2. Sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat
3. Sabar dalam menjalankan ketaatan

Ternyata, tidak putus asa saat menghadapi musibah adalah tingkatan terendah dalam kategori sabar. Diatasnya ada kesabaran untuk menjauhi maksiat dan kesabaran berlaku taat. Mengapa demikian? Kesabaran menghadapi musibah disebut kesabaran idhthirari (tidak dapat di hindari). Pada saat seseorang ditimpa musibah, seseorang tidak memiliki pilihan kecuali menerima cobaan tersebut dengan sabar. Dengan tidak sabarpun, musibah tetap terjadi.
Lain halnya dengan sabar menjauhi maksiat dan sabar dalam ketaatan, keduanya bersifat ikhtiari (bisa di hindari). Dengan kata lain, manusia dihadapkan pada pilihan, bisa melakukan bisa pula tidak.

Berbeda tingkat kesulitan, berbeda pula ganjaran yang diberikan. Tentang tiga tingkat kesabaran ini Rasullulah saw bersabda,"Siapa bersabar dalam menghadapi musibah dan penderitaan, Allah akan mengangkat baginya tiga ratus derajatnya. Siapa yang sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, Allah swt akan mengangkat baginya sembilan ratus derajatnya".

Nabi Yusuf as adalah sosok yang berhasil melewati tiga tingkat ini dengan sangat sempurna. Dalam Al-Quran surat Yusuf, Allah swt mengabadikan kesabaran sosok mulia ini dalam menghadapi setiap cobaan. Mulai dari ujian berupa bencana dan kesusahan, bujuk rayu wanita cantik dan kekuasaan. Saat Allah swt menguji Nabi Yusuf dengan musibah dibuang kedalam sumur (QS. [12] : 10); dijual sebagai budak dengan harga yang sangat murah (QS. [12] : 21); difitnah melakukan perselingkuhan (QS. [12] : 25); sampai dijebloskan ke penjara (QS.[12] : 33); tidak sedikitpun keluh kesah yang keluar dari bibir beliau. Ia malah berkata,"Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika ia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa aku dari dusun di padang pasir; setelah syetan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku" (QS. [12] : 100).

Lolos dari ujian tingkat pertama Allah swt menguji kesabaran Yusuf dengan ujian yang lebih berat, yaitu rayuan siti zulaikha, seorang wanita cantik lagi terpandang (QS. [12] : 23-26). Namun dengan kesabaran dan keteguhan iman, Nabi Yusuf as pn mampu melewati ujian ini dengan selamat. Padahal, saat itu Yusuf pun menyukai Zulaikha (QS. [12] : 24).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, mengutip pendapat gurunya Imam Ibnu Tamiyyah, mengungkapkan: " Kesabaran Nabi Yusuf yang menolak ajakan seorang wanita penguasa untuk berbuat maksiat adalah kesabaran yang lebih tinggi dan lebih sempurna dibanding dengan kesabaranya saat dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, dan saat berpisah dengan ayahnya. Kesabaran Nabi yusuf pada kedua musibah ini adalah kesabaran yang tidak bisa dihindari (idhthirari), dan tidak ada jalan bagi setiap hamba kecuali harus bersabar saat itu. Sedangkan kesabaran untuk tidak bermaksiat dengan wanita penguasa adalah kesabaran yang bersifat pilihan (ikhtiari), karena saat itu ia harus berperang terlebih dahulu dengan hawa nafsunya".

Setelah berhasil melewati kemaksiatan, Allah swt menguji Yusuf dengan ujian yang lebih berat lagi, yaitu dengan kekuasaan, oleh penguasa saat itu, Yusuf diangkat menjadi menteri yang bertugas mengurusi pangan. Dengan penuh kesabaran, ia mampu menjalankan tugasnya secara maksimal, sehingga bencana kelaparan yang mengancam negeri Mesir bisa diatasi. Atas prestasinya itu, ia kemudian diangkat menjadi raja muda Mesir. Demikianlah Nabi Yusuf mampu menjadikan jabatan sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah swt dan melayani masyatakat.

Kesabaran Nabi Yusuf membuahkan berkah. Allah swt berkenan mempertemukan ia dengan ayahnya; Nabi Yakub dan menyembuhkan kebutaan ayahnya. Allah pun mempertemukan Yusuf dengan saudara kembarnya; Bunyamin, Beserta kakak-kakaknya yang sempat membuangnya ke sumur. Alih-alih membalas dendam, Yusuf malah memboyong mereka ke Mesir untuk memulai kehidupan yang lebih baik. Allah swt telah menebarkan rahmat-Nya pada keluarga Nabi Yakub sebagai buah dari kesabaran. Wallahu a'lam bish-shawab.

(Sumber : MQ)
 
loading...
 
Support : About | Site Map | Privacy Policy | Disclaimer | Contact Us |
Copyright © 2013. artikelislamiku.blogspot.com - All Rights Reserved
Di Design Ulang Oleh I Template Blog Published by I Template Blog
Proudly powered by Blogger